Pekerjaan sosial merupakan sebuah profesi pertolongan yang memberikan intervensi kepada orang lain melalui interaksi verbal dan nonverbal secara terus menerus kepada klien. Pekerja sosial harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik. Pekerja sosial dengan keterampilan komunikasi yang baik, akan mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada klien. Hal ini didukung dengan keharusan para pekerja sosial agar bisa mengintervensi klien dan lingkungannya. Intervensi lingkungan ini diharapkan mampu untuk memberikan bantuan sesuai posisinya terhadap klien. Pekerja sosial menempatkan klien dalam lingkungan sosialnya agar dapat menjalankan keberfungsian sosialnya. Sesuai dengan prinsip Person in Environment (PiE) maka yang diintervensi oleh pekerja sosial adalah seluruh aspek yang meliputi klien, agar perilaku klien sesuai dengan harapan lingkungan sosial, dan agar perilaku klien dapat diterima oleh lingkungan sosial (Human Behavior in Social Environment/HBSE).
Keterampilan komunikasi seorang pekerja sosial bukan merupakan keterampilan instan yang bisa diperoleh dengan mudah. Keterampilan komunikasi ini diperoleh melalui proses belajar, bisa melalui proses pendidikan, maupun melalui pengalaman atau jam terbang sebagai seorang pekerja sosial. Kedua proses ini tidak bisa diabaikan, olehnya itu dalam pendidikan vokasi untuk mencetak pekerja sosial, praktikum dalam berbagai setting pekerjaan sosial menjadi penting untuk diberikan dalam waktu yang lama. Selain mengasah berbagai kemampuan yang bersifat prosedural, juga menjadi ajang mengasah kelugasan komunikasi dengan berbagai pihak yang memungkinkan memberikan pertolongan kepada klien dan significant othersnya.
Pekerja sosial dalam melaksanakan tugasnya tentunya memerlukan bantuan orang lain, baik teman sejawat, sistem sumber untuk kepentingan klien, ataupun keduanya. Kemampuan pekerja sosial untuk memberikan informasi terkait dengan klien dan significant othersnya, serta perkembangan/progress yang sudah terjadi merupakan bagian penting dari kemampuan komunikasi. Pekerja sosial dapat menggambarkan dengan benar segala yang terjadi kepada teman sejawat dan sistem sumber jika mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini berlaku sebaliknya. Akibatnya, pertolongan yang tepat bisa segera diberikan kepada klien dalam waktu yang tepat untuk sistem sumber yang tepat.
Sistem sumber yang digunakan untuk kepentingan klien, tentunya juga harus mendapatkan feedback dari klien melalui pekerja sosial. Feedback ini bisa berbentuk laporan tertulis dan tidak tertulis yang merepresentasikan klien. Sistem sumber yang berhubungan langsung dengan klien memungkinkan untuk mengontrol klien dalam melakukan berbagai aktivitasnya dalam rangka mengembalikan keberfungsian sosialnya. Namun, untuk sistem sumber yang tidak berhubungan langsung dengan klien, maka hal ini seharusnya mendapatkan informasi dari pekerja sosial. Penyampaian ini sangat menentukan keberlanjutan proses pertolongan kepada klien, dan semuanya bergantung pada kemampuan pekerja sosial menyampaikan dengan berbagai teknik komunikasi yang baik.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa keterampilan komunikasi itu sangat penting baik digunakan kepada klien dengan berbagai gaya penyampaian yang meliputi bahasa dan gesture maupun kepada sistem sumber yang bisa memberikan pertolongan kepada klien. Hal ini menekankan bahwa pekerja sosial mempunyai keterampilan komunikasi yang baik merupakan sebuah keharusan dan tidak bisa dipisahkan dengan keterampilan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H