Mohon tunggu...
Abdis Salam
Abdis Salam Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mungkin Saja Benar

24 April 2019   02:38 Diperbarui: 24 April 2019   03:04 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Anak muda tergoda zaman, terbuai zona nyaman," apakah benar? Sepertinya sih pernyataan tersebut relatif tepat bagi beberapa orang. Namun sebenarnya tuduhan barusan saya layangkan untuk diri sendiri. Pengingat agar selalu bergerak maju.

Akhir-akhir ini hujan kerap mengguyur. Tapi kemeriahan pemilu memanaskan beberapa ruang dalam kehidupan. 

Ditengah keriuhan tanding ulang Jokowi dan Prabowo pada pemilihan Presiden. Bagi saya kehadiran anak muda dalam kontestasi pencalonan legislatif lebih menarik perhatian.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) seakan identik dengan maskulinitas para pria dan dominasi politikus senior didalamnya. Seolah menyatakan bahwa "anak muda nanti saja. Belajar yang benar dan cari pengalaman dulu diluar sana. Baru datang kemari". Mudah-mudahan hanya prasangka yang salah, sebab kekhawatiran terhadap realitas selama ini.

Namun, kekhawatiran tersebut perlahan memudar. Salah satunya sejak menyaksikan kehadiran Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam persaingan merebut hati rakyat pada pemilu 2019. Terlepas dari perbedaan pandangan atas beberapa nilai yang mereka perjuangkan. Salut apresiasi kepada PSI atas keberanian memberikan kesempatan yang luas bagi anak muda dan perempuan untuk turut menyediakan opsi bagi warga Indonesia menjadi wakil mereka di DPR.

Mari melihat nama-nama seperti Tsamara Amany Alatas yang baru berusia 22 tahun. Lalu, Dara Nasution berusia 23 tahun dari Dapil Sumatera Utara III. Diluar PSI, ada nama Faldo Maldini selaku wasekjen Partai Amanat Nasional (PAN) yang usianya 28 tahun. Dan sederet politisi muda lainnya. Bahkan seseorang yang sangat dekat, yaitu ayah saya yang baru berusia 24 tahun. Pernah maju bersama PAN dalam pencalonan legislatif anggota DPRD Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi pada 1999. Sayangnya hak beliau yang sudah pasti mendapatkan satu kursi fraksi di DPRD harus terlewatkan. Waktu itu terlalu sibuk mengurus pekerjaan sebagai konsultan tuturnya.

Pada nyatanya usia hanyalah angka. Jika kompetensi terpenuhi, pemahaman atas isu-isu dikuasai, berkemampuan mengkritisi maupun bersolusi, serta ketulusan berdedikasi atas dasar nilai juang yang tinggi tertanam dalam diri. Toh, tidak ada salahnya bila kita sebagai pemilih memberi kesempatan bagi mereka mewarnai kancah legislatif dan mereformasi birokrasi maupun segala sesuatu yang tidak menguntungkan bangsa dan rakyat Indonesia.

Bagaimana bila kemudian tidak terpilih? Saya kira segala bentuk proses dari pencalonan saja akan memberikan banyak pengajaran dalam menyelami kondisi masyarakat dan situasi bangsa. Bahkan menjadi modal pribadi dalam mengarungi kehidupan sebagai warga negara Indonesia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat.

Pada akhirnya saya berharap. Semoga saja 2024, Tuhan membuka jalan untuk lebih banyak lagi anak muda agar berani turun lebih awal ke gelanggang pengabdian masyarakat di parlemen. Serta benar-benar menjadikan politik sebagai seni memperjuangkan hak publik.

Lantas apakah semua hal diatas turut menumbuhkan keberanian serta memantik keinginan saya mengabdikan diri sebagai pelayan rakyat menuju parlemen Senayan pada 2024 nanti? Mungkin saja iya.

Mungkin saja benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun