Mohon tunggu...
Abdi Parasian Simamora
Abdi Parasian Simamora Mohon Tunggu... Lainnya - STAR XIX 2023

Write for eternality (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Diary

365/365 (25-12-21 - 25-12-22)

21 Desember 2022   15:12 Diperbarui: 21 Desember 2022   15:33 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

25 Desember 2021 adalah kala pertama pembuka aku menyapamu via Whattsapp. Terimakasih telah merespon dengan baik kala itu. Aku beruntung pernah mengenal sosokmu. Walau kita tak berujung lama dan harus berakhir. Indah memang jika dikenang namun tidak untuk diulang. Puji Tuhan juga aku sudah berhasil mengikhlaskanmu walau awalnya perih, namun saya pastikan sudah seperti awal kita tak saling mengenal.

Kini 25 Desember 2022, aku hanya ingin mengucapkan selamat hari Natal, hari lahirnya Tuhan Yesus ke dunia semoga damai natal selalu menyertai kita. Hopenya di Hari Natal ini semoga kita diberi kesehatan, sukacita, damai sejahtera, keluarga semua sehat-sehat dan dilancarkan segala rencana dan rejeki.

Clearly, ini adalah kali terakhir aku menghubungimu; Terimakasih sudah pernah ikut berkunjung ke kotaku. Kau meninggalkan senyummu di sana. Maaf buat segala tindakan yang lebih dan yang kurang. Aku juga sudah memaafkanmu, dan aku juga mohon dimaafkan atas banyak salahnya, banyak kurangnya, dan banyak dosanya.

Ceritakanlah tentang hal yang baik yang pernah kuperbuat samamu, jangan mengenangku dengan buruk, Cerita, duka dan suka, manis dan pahit, pedih dan getir, lebih dan kurang itu ragam bunga dalam mengenal orang baru dan masuk dalam satu hubungan, Semoga kita takkan pernah mengenal lagi, cukup hanya 365 hari setelah itu kita benar-benar usai. 

Aku pamit dengan baik melangkahkan perjalananku. Buat hadiah dan kenang-kenangan yang pernah kuterima darimu, terimakasih; kain ulos maktua, dompet, kalung couple, jam, dan gosok badan sudah jauh hari kukubur di Teluk Panji.

Sedikit cerita mungkin tentang titik balikku, untuk dapat mengikhlaskanmu. Setelah kita usai kemarin aku berkesempatan mendaki gunung Sibayak beserta temanku. Kala itu aku masih berbangga memakai jam tangan pemberianmu. Really, di puncak tertinggi itu juga aku jujur pada semesta. Aku masih benar-benar mengingatmu. 

Aku mengingat benar-benar perjalanan kita memulai dan harus berakhir. Tapi kini jangan risau, aku sudah menutup benar-benar perasaan itu. Ceritanya cukup.

 Maafkan aku, aku sudah izin. dan segala kebaikanmu kulepaskan ya. Aku juga mendoakanmu semoga kita dapat saling melangitkan doa yang baik kepada sang Kuasa. Aku harap begitu juga denganmu. Aku juga berdoa semoga kita takkan pernah bertemu lagi. Aku mau masukkan nats maluamu yang pernah kau bunyikan samaku "tapi aku sudah lupa". 

Tetap menjadi guru GSM yang ceria kala pertama vibesmu di kepalaku. Tuhan itu teramat baik. Hope and your last message for me akan selalu kuingat. Aku pamit.

Terimakasih Demily Franschina Nainggolan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun