Perombakan kabinet atau lebih dikenal dengan reshuffle kabinet merupakan pergeseran dan pergantian para kaki tangan presiden dalam hal ini kepala kementrian atau badan yang setara dengan kementerian. Apabila dilihat dari kacamata politik, hal tersebut sudah biasa dalam langkah kepala pemerintahan untuk mewujudkan program-program agar dapat berjalan sesuai dengan keinginannya.
Di saat kepemimpinan kabinet kerja, telah berlangsungnya reshuffle kabinet yang dipimpin oleh presiden jokowi dodo, adapun beberapa menteri dan setara menteri yang akan membantu kebijakan presiden dalam kabinet kerja yakni:
- Darmin Nasution sebagai Menko Perekonomian menggantikan Sofyan Djalil
- Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Menko Polhukam menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno
- Rizal Ramli sebagai Menko Kemaritiman menggantikan Indroyono Soesilo.
- Sofyan Djalil sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas menggantikan Andrinof Chaniago
- Thomas Lembong sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Rahmat Gobel.
- Pramono Anung sebagai Sekretaris Kabinet (Seskab) menggantikan Andi Widjajanto.
Dalam pidato kenegaraannya pun bapak jokowi berpendapat “saya memutuskan perombakan kabinet guna memperkuat kinerja pemerintah untuk percepatan implementasi program aksi pembangunan dan bagi saya, perombakan kabinet adalah salah satu jembatan terbaik untuk memenuhi janji saya pada rakyat, yaitu meningkatkan kesejahteraan dalam peri kehidupan mereka".
Apabila kita bersama-sama menganalisa apa yang akan di lakukan jokowi dengan perubahan tersebut, mantan gubernur DKI ini menginginkan perubahan perekonomian dan sosial yang signifikan dari sebelumnya karena dari posisi reshuffle yang ada, terlihat jelas 3 Menko dari 4 Menko yang ada di lakukan reshuffle dan 1 dari menteri perdagangan yang telah di ganti dengan yang baru, hal ini ternyata disadari oleh jokowi dan telah diidentifikasikan permasalahan dengan baik, dimana diperlukan genjotan untuk menaikan perekonomian indonesia saat ini.
Beberapa pengamat politik mengutarakan bahwa reshuffle yang dilakukan kabinet kerja ini merupakan bentuk dari reshuffle premature. Oknum tersebut menyatakan bahwa reshuffle yang dilakukan jokowi terlalu dini dilakukan karena belum terlihat hasil sehingga sulit untuk dievaluasi. Kemudian menurut salah satu pengamat politik lainnya bahwa, pergantian 3 Menko merupakan langkah yang kurang tepat karena mereka bukan pelaksana lapangan dan bukan pengambil kebijakan kementerian yang berhubungan langsung dengan publik. Mereka hanya melakukan koordinasi dan memberikan pengaturan atau arahan.
Akan tetapi apabila melihat dari fenomena sekarang ini dimana perekonomian indonesia mulai melemah dan beberapa program kabinet kerja yang kurang cepat maka “Pilihan Tepat Bagi Jokowi dalam Me-reshuffle Kabinet Kerja”. Fenomena tersebut dilihat dari indikator ekonomi maupun sosial politk. Pertumbuhan ekonomi melambat, IHSG turun, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar makin melemah yang saat ini berada pada posisi 13.713,25. Kemudian tingkat konsumsi terhadap berbagai produk menurun stok pangan dan daging semakin menghilang dipasaran, bahkan mulai terdengar masalah PHK di sejumlah bidang, terutama dibidang pertambangan.
Evaluasi dengan me-reshuffle kabinet kerja merupakan langkah yang tepat yang diambil oleh jokowi terlebih target dari posisi yang telah di reshuffle merupakan posisi penting untuk mengorganisir beberapa permasalahan bangsa yang sedang berlangsung saat ini.
Alhasil dengan adanya reshuffle ini, akan berdampak besar kepada bangsa dan negara sama seperti asumsi negarawan kita Susilo Bambang Yudhoyono yang mendukung penuh langkah reshuffle kabinet kerja jokowi dan selain itu diharapkan akan membawa perubahan yang lebih baik dalam berbangsa dan bernegara.
S. Abdi
Jalan Banten Lama Km.10, Kota Serang Banten.
Syahidabdi3@gmail.com