Jarak penglihatannya Nol. Semuanya serba gelap. Kegelapan malam semakin sempurna ketika bintang dan bulan tertutupi kabut yang sudah sedari tadi menyulubungi. Ia tergelincir jauh ke bawah. Padahal tinggal beberapa meter kemudian ia bisa meraih puncak. Ia jatuh, dan hanya hitam saja yang bisa dilihatnya itu. Ia merasakan sensasi mengerikan dari sebuah gaya gravitasi bumi.
Dia terus terperosok jauh. Muncul bayangan, kenangan masa lalunya di saat mengerikan itu. Sekarang ia yakin, bahwa ia kian dekat dengan kematian. Hingga kemudian ia tersangkut. Tali yang masih mengikat di tubuhnya telah menyelamatkannya. Tubuhnya menggantung, entah dimana ia sekarang pikirnya.
Seutas tali pengaman itulah yang kini menahannya. Perasaanya tidak karuan. Kini tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali berdo’a, memohon kepada Tuhan. Ia berteriak, “Tuhan, tolonglah aku.”
Tiba-tiba sebuah suara tampak menggema dari atas langit. “Apa yang kau inginkan dari-KU?” Jawab suara itu.
“Selamatkan aku Tuhan…!!!” ujar pendaki itu.
“Apakah kau benar-benar yakin bahwa aku bisa menyelamatkanmu?”
“Tentu saja. Kau adalah Tuhan semesta alam, pencipta langit dan bumi, Maha atas segala-galanya…!”
“Baiklah kalau begitu ambil pisau yang masih ada di saku celanamu, kemudian potonglah tali itu!” Ujar suara itu.
Ia menjadi ragu. Apakah ia harus memotong tali itu, apakah ia harus mengikutinya. Suasana menjadi kian hening. Rerintik hujan mulai turun semakin deras. Udara di malam itu kian dingin menyelimuti sekeliling bukit. Lelaki itu kian kuat menggenggam talinya.
Keesokan harinya, tim SAR menemukan sebuah jasad yang tergantung. Tangannya menggenggam erat tali penyelamatnya dengan ketinggian tidak lebih dari tiga kaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H