Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lighting Panggung "Simfoni Semesta Raya" Buat Grand Launching Kompas TV Makin Spektakuler

10 September 2011   03:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:05 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Lighting atau tata cahaya dalam suatu pementasan merupakan hal penting yang sangat diperhatikan oleh setiap penyelenggara suatu acara. Apalagi acara tersebut akan dilihat oleh banyak orang. Seorang perancang dan penata lighting panggung atau pentas akan memperhatikan secara detail tampilan lighting di setiap segmen acara pementasan tersebut. Penata lighting (lightingman) harus menyesuaikan lighting dengan tema di setiap segmennya. Inilah yang paling sulit dilakukan oleh para penata lighting di suatu pementasan. Selain itu, penata lighting juga harus mampu menciptakan suatu pementasan yang tadinya dianggap biasa namun bisa menjadi terlihat spektakuler di mata penontonnya. Kesuksesan suatu pementasan sangat tergantung pula dengan penataan lighting di pementasan tersebut. Banyak hal yang perlu diperhatikan seorang lightingman dalam suatu pementasan. Selain tersedianya peralatan dan perlengkapan lighting, penguasaan alat dan perlengkapan, tata letak dan titik fokus, seorang lightingman juga harus mampu memahami keseimbangan warna dan pemahaman naskah yang akan dipentaskan. Pemahaman keseimbangan warna perlu dimiliki karena menyangkut keserasian penggunaan warna cahaya di atas pentas. Oleh karena itu, seorang lightingman juga harus memahami warna. Dalam pementasaan "Simfoni Semesta Raya" di acara Grand Launching Kompas TV kemarin malam (09 September 2011), penataan lighting sungguh menakjubkan hingga membuat pementasan tersebut menjadi lebih spektakuler. Saya sangat mengagumi penataan cahaya yang dirancang dan ditata oleh penata lighting di pementasan tersebut. Saya yakin tim mereka sudah merancang dan mempersiapkan sejak jauh hari. Apalagi acara pementasan tersebut dibagi beberapa segmen musik yang menghendaki penataan lighting yang berbeda-beda. Segmen musik tersebut antara lain segmen Fanatik, Showcase, dan Diskografi. Fanatik merupakan program Kompas TV yang akan menampilkan musisi besar atau band Indonesia yang mempunyai penggemar fanatik atau setia. Segmen fanatik direpresentasikan oleh Nidji, ST12, dan Ungu. Dalam segmen ini Nidji berkolaborasi dengan Jogja Hip Hop Foundation membawakan lagu "Tuhan Maha Cinta". Perpaduan musik yang unik menurut saya. Dukungan lighting yang ciamik membuat keunikan tersebut makin membuat saya ikut bergoyang di kursi. Lampu-lampu di pentas pun seperti mengajak kita untuk ikut begoyang. Demikian pula saat Charly ST12 bernyanyi dengan dukungan piano yang dimainkan oleh Marusya Nainggolan. Unsur dramatis dalam duet Charly dan Marusya makin membuat merinding berkat permainan lighting yang terfokus pada dua musikus itu. Demikian pula saat pementasan segmen Showcase. Dalam acara Grand Launching Kompas TV semalam, Showcase yang merupakan acara musik live di Kompas TV direpresentasikan oleh trio vokalis wanita yaitu Andien, Citra Idol, dan Monita Idol. Ketiga penyanyi wanita handal ini membawakan lagu-lagu God Bless, Jamrud, dan Slank yang diaransemen ulang menjadi lebih jazzy oleh Erwin Gutawa. Lighting dalam segmen ini bergerak cepat sesuai dengan iringan musik Erwin Gutawa. Tembakan cahaya seperti ikut bernyanyi dan bergoyang jazzy. Cahaya makin terlihat atraktif saat Andien, Citra, dan Monita menyanyikan lagu Bang Bang Tut-nya Slank. Kepala saya pun jadi ikut goyang-goyang sendiri. Dalam segmen Diskografi, Andi Rianto mengaransemen lagu-lagunya Iwan Fals. Diskografi merupakan salah satu program dokumenter di Kompas TV. Program ini merekam perjalanan hidup dan karir musik seorang musisi besar Indonesia. Untuk segmen Diskografi, Iwan Fals dijadikan atribut. Sayangnya, Iwan Fals tak tampil di panggung spektakuler tersebut. Ada empat lagu cinta Iwan Fals yang dinyanyikan kembali oleh Judika, Marcell, Sandhy Sondoro, dan Giring "Nidji". Goyangan Marcell yang atraktif diikuti oleh lighting yang seakan ikut bergoyang-goyang pula. Fokus cahaya juga mengarah pada hentakan tangan Marcel memukul-memukul piano yang digunakan Andi Rianto seperti gendang. Secara reflek, atraksi itu membuat saya ikut memukul-mukul dua paha saya di atas kursi. Namun penampilan lighting yang tak bisa saya lupa dan membuat takjub adalah saat penampilan Rossa dan Tantri "Kotak" di atas panggung. Dukungan lighting makin membuat penampilan mereka berdua makin hebat di atas panggung. Efek pencahayaan makin membuat Rossa terlihat sangat anggun di atas panggung. Apalagi ketika Rossa berdiri bernyanyi di atas sebuah panggung bulat atau lingkaran yang bisa bergerak naik secara otomatis. Lampu-lampu di sekitar lingkaran tersebut membuat Rossa seakan berada di sebuah mahkota cahaya. Darah saya jadi tersirap melihat penampilan Rossa malam itu. Berkat lighting yang bagus, Rossa pun tampil tak mengecewakan. Kesuksesan penampilan Rossa tersebut diikuti pola oleh Tantri "Kotak". Permainan cahaya lampu membuat musik band Kotak jadi lebih menghentak. Sosok rocker dalam diri Tantri pun jadi lebih tereksploitasi. Suara Tantri yang juga dikagumi oleh Anggun tersebut makin membuat penampilan rocker wanita itu jadi lebih sempurna. Seperti halnya Rossa, Tantri pun berdiri di atas sebuah panggung bulat atau lingkaran yang bisa bergerak ke atas secara otomatis. Efek lampu di sekitar lingkaran itu membuat Tantri terlihat sebagai rocker sejati. Yang tak kalah menarik adalah atraksi drummer Kotak, sorotan lampu putih yang mengarah padanya makin menunjukkan semangat drummer tersebut menghentakkan sticknya. Kepalanya pun ikut bergoyang-goyang mengikuti irama hentakan drum yang ditabuh sticknya. Dan secara reflek pula saya pun ikut menggoyang-goyangkan kepala seperti sang drummer. Secara umum, lighting panggung dalam pagelaran "Simfoni Semesta Raya" di Grand Launching Kompas TV membuatnya makin Spektakuler. Dan itu saya nilai sukses karena bisa mengajak saya turut bergoyang dan bisa menikmati sajian musik yang ditampilkan. Padahal tak ada satu pun penyanyi yang saya gemari. Maklumlah, angkatan ABG saya sudah jauh terlewat. Jadi, tak sia-sialah panggung "Simfoni Semesta Raya" menggunakan layar multimedia LED yang digantung di atas panggung berbentuk bulat tersebut. Layar LED itu mampu bergerak secara otomatis membentuk suatu konfigurasi membelah, memencar naik-turun, kemudian bersatu lagi. Addie MS - komposer lagu "Rasa Sayange" di acara launching tersebut - ketika saya tanya lewat akun twitternya, "Mas, gimana lighting di acara launching Kompas TV semalam". Jawabannya, "Pastinya keren .. ". Marcell Siahaan juga mengamini pendapatnya Mas Addie MS ketika saya tanya hal yang sama. Dalam mentioned-nya di @abdinst, akun twitter saya, Marcel berpendapat, "Keren banget. Sound panggung juga warm sekali". Selain keren, lighting juga secara keseluruhan berhasil mencerminkan mood lagu di setiap segmennya. Saya pun turut merasakannya di malam kemarin itu dan benar-benar membuat saya terhibur. Good job! Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun