Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Justin Sakit Perut

23 April 2011   02:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:30 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Beberapa jam lagi konserku dimulai, dari kemarin hingga hari ini aku harus check sound, dan mempersiapkan semua perlengkapan untuk penampilanku, termasuk latihan dengan para penari latar. Dari kemarin belum istirahat, capek, tapi itulah risiko jadi artis yang dipuja. Aku baru kali ini mengunjungi Jakarta. Hmmm, ternyata kotanya rame, macet, sumpek, dan panas, untung dalam mobil ada pendinginnya. Kota Jakarta beda dengan Kuala Lumpur, KL lebih nyaman dan teratur. Enggak kebayang kalau disuruh tinggal di Jakarta, pasti capeknya setengah mati, usiaku pun habis di jalan, kena macet terus.

Saat tiba di bandara kemarin, seorang papparazi remaja diam-diam ngambil gambarku, jepret pake kamera di hapenya, tak apalah demi penggemar meski foto-foto itu akhirnya nyebar ke berbagai media. Sayangnya, sampai di bandara kemarin, aku tak bisa menemui fans-fansku itu, yang sudah lama menunggu di luar bandara. Aku langsung digelandang masuk mobil. Aku dengar ada yang nangis segala karena gagal menemuiku. Katanya lagi dia sampe bolos sekolah dan nunggu dari pagi untuk menyambutku, bahkan ada yang sudah nyiapain spanduk selamat datang buatku dengan susah payah. Sorry ya untuk semua, bukannya aku sombong, pengen sih menemui dan melayani kalian, tapi aku harus buru-buru karena harus check sound dan jumpa pers. Maklumin aja, waktu sudah mepet dengan jadwal konser. Kan tak lucu kalau pas konser tiba-tiba sound mati atau gak bagus. Ntar dikira suaraku lipsync dan tak bagus lagi, rugi aku.

Dari bandara aku langsung dibawa ke sebuah tempat, sepertinya bukan hotel, tapi sebuah apartemen mewah di bilangan Jakarta Pusat. Sekali lagi maaf ya, tempatku menginap itu dirahasiakan biar kalian-kalian para fansku tak membludak mengunjungiku. Dari situ aku langsung dibawa ke Sentul buat check sound. Sentul masih sepi, udara di situ sejuk, aku suka tempat itu. Beberapa aparat keamanan sudah berjaga-jaga. Aku serasa seperti Obama, Presiden Amerika Serikat itu. Di mana-mana ada penjaga, aku jadi tak bebas, tapi merasa aman juga sih. Gedung pertunjukannya pun wah, bagus dan besar, semoga bisa menampung para penonton di konserku hari Sabtu ini.

Ada yang menarik juga nih selama di Jakarta, saat makan malam aku disuguhi banyak makanan. Aku belum pernah melihat jenis-jenis makanan itu. Selama konser di berbagai negara cuma di Indonesia yang punya banyak makanan unik. Aku tanya satu-satu nama makanan tersebut pada promotor, yang duduk di sebelahku. Nama-namanya sungguh aneh, ada semur jengkol, sambel pete, toge goreng, laksa, ketoprak, gule oncom, dan ayam kodok. Aneh kan nama-nama makanannya. Sebenarnya ada banyak lagi, cuma aku lupa nama-namanya, susah mengingat dan menyebutnya. Maklum, lidahku kan lidah bule, jadi agak susah menyebut kata-kata dalam bahasa Indonesia. Bisa-bisa keseleo nih lidah kalo dipaksa, hehehe.

Hampir semua makanan aku cobain, mumpung di Indonesia. Satu-satu kurasakan dengan lidah sebelum menelan mereka masuk ke dalam perutku. Rasanya memang aneh dan baru kali ini ngerasain makanan yang aneh-aneh itu. Seorang promotor dan salah seorang kru-ku memperingatkanku agar tak maruk. Mereka sepertinya khawatir kalau perutku tak cocok dengan semua makanan itu. Ah, aku tak peduli dengan larangan mereka. Aku terus menyumpal makanan-makanan aneh itu ke mulutku.

Setelah nyobain semur jengkol dan sambel pete, tiba-tiba perutku jadi sakit, serasa ada yang berputar-putar di dalam perutku ini. Rasanya melilit dan mulai ada bunyi-bunyi yang keluar. Aku memegangi perutku sambil meringis. Promotor dan kru-ku memperhatikan raut wajahku, dan mereka tampak khawatir. "O-em-ji, Justin, kenapa kau", kata mereka bersamaan. Aku cuma berkata, "Mulezzz", dan langsung berlari ke belakang menuju toilet. Tujuanku cuma satu, membuang semua isi perutku.

Sabtu pagi, perutku masih mulezz, masih terdengar bunyi-bunyi aneh di perutku ini, sesekali ada yang keluar juga dari bawah, wueekkk, menjijikkan! Kenapa aku tak mendengar peringatan mereka ya, dasar Setan Budeg, aku terus saja makan semalam. Gimana nih kalau pas konser perut ini masih sakit, entahlah aku cuma pasrah. Seharusnya dari pagi tadi aku latihan check sound lagi di Sentul, gara-gara mulezz semuanya berantakan. Buat para fansku, maafkan ya kalau tiba-tiba aku lari ke belakang pas lagi di tengah konser, masih mulezzz nih ....

Depok, 23042011

Sumber gambar: www.aussynews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun