Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Bukan Negara Gagal Kalau….

24 Juni 2012   07:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Failed States Index (FSI) atau Indeks Negara Gagal tahun 2012 menempatkan Indonesia di peringkat ke-63 sebagai negara gagal di antara 178 negara lainnya. Peringkat tersebut juga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kategori dalam bahaya (in danger). Membaca hasil publikasi terbaru dari FSI tersebut membuat saya melontarkan pertanyaan retoris, apakah pemerintah sebagai pelaksana negara telah gagal mengemban  amanat rakyat yang sudah dipercayakan di tangan mereka? Pemerintah sebagai eksekutor negara tentu tak mau dibuat malu oleh peringkat negara gagal yang dikeluarkan oleh The Fund for Peace di Washington DC - Amerika Serikat tersebut. Apalagi peringkat Indonesia turun satu peringkat dibanding tahun lalu. Dan itu berarti, dalam setahun ini kondisi Indonesia dianggap memburuk dibanding tahun lalu, terutama di tiga indikator dari 12 indikator yang ditetapkan FSI, yaitu tekanan demorafis (seperti kepadatan penduduk), kekerasan terhadap kelompok minoritas, dan penegakan HAM dan hukum. Seperti biasa, pemerintah tak bisa menerima hasil laporan tersebut. Indikator negara gagal versi FSI pun dianggap tak jelas. Menurut Hatta Rajasa - Menko Perekonomian (Kompas, 23/06/2012) kemajuan ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir ini dianggap maju dan dipuji oleh banyak pemimpin dunia. Bahkan Indonesia juga dianggap mampu menghadapi krisis ekonomi global dan kelas menengahnya pun tumbuh sangat pesat. Hatta juga menuding para pengamat yang mudah menjelek-jelekkan pemerintah dan negaranya sendiri di luar negeri. Bahkan Joko Suyanto - Menkopolhukam (Kompas, 21/06/2012) mempertanyakan maksud “negara gagal” versi FSI. Apakah gagal membangun, tidak demokratis, tidak aman, atau tak cukup punya cadangan devisa. Bahkan dia lebih suka kalau Indonesia disebut “Negara yang sedang membangun”. Sebagai rakyat biasa, saya pun punya versi sendiri untuk menyebut Indonesia itu negara gagal atau bukan. Saya juga tak memandang terlalu muluk untuk menyebut indikator negara gagal atau bukan. Bagi saya, Indonesia bukan negara gagal dan pemerintah dianggap berhasil kalau bisa mengatasi masalah-masalah berikut ini. Pertama, Indonesia bukan negara gagal kalau korupsi bisa diberantas tuntas. Kedua, Indonesia bukan negara gagal kalau anak-anak sekolah tak ada lagi yang bernasib seperti ini:

13405237111863186650
13405237111863186650
Ketiga, Indonesia bukan negara gagal kalau tak ada lagi yang antre sembako atau minyak tanah, seharusnya rakyat sudah antre iPad atau G-Tab.
1340523770227201620
1340523770227201620
Keempat, Indonesia bukan negara gagal kalau Pemerintah mampu menyediakan sarana transportasi umum yang nyaman, manusiawi, dan murah.
1340523859509466270
1340523859509466270
Kelima, Indonesia bukan negara gagal kalau bisa mengatasi macet di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
1340523923140952969
1340523923140952969
Cukup lima masalah itu saja yang diatasi, kalau pemerintah mampu mengatasi yang lima itu, Indonesia tak pantas disebut negara gagal. Menurut saya, adanya kehidupan demokrasi, keterbukaan dan kebebasan pers tak layak dijadikan sebagai indikator untuk menyebutkan Indonesia bukan negara gagal. Suatu negara dikategorikan tak gagal apabila dia mampu memberi kesejahteraan dan kenyamanan hidup bagi rakyatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun