Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bom Book Buuum

23 Maret 2011   04:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:32 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13008568852056139304

Bom buku lagi ngtrend. Gara-gara itu banyak yang cemas. Semua berawal saat Ulil dikirimin sebuah paket buku. Kemudian disusul Yapto yang dikirimin paket buku juga. Dan tak ketinggalan si Ahmad, dia dikirimin paket buku juga. Ternyata, siapa sangka, paket buku itu isinya bom. Bom book buuum, kiriman paket buat Ulil sukses meledak. Sialnya, seorang opsir polisi kena getahnya, eh kena buum-nya. Entah karena pengen jadi superhero, si opsir coba-coba menjinakkan paket bukunya si Ulil. Disangka tak meledak, eh ternyata buum. Lengannya pun putus. Gara-gara kejadian itu, setiap kiriman paket pun dikira bom, kiriman boneka dikira bom, kiriman buku dikira bom, kiriman makanan dikira bom, semua paket dikira bom. Paket bom pun jadi ngetrend, bom book buum, demikian saya menyebut. Urusan pun jadi ngefek kemana-mana. Jasa titipan kilat, kantor pos pun ketar-ketir, semua paket dicermati, semua paket diteliti, semua paket dibuka di depan yang mengirim, semua pun jadi repot. Si kurir pun lebih repot lagi, lebih cemas lagi. Gimana mereka tak cemas, gimana mereka tak takut, semua paket yang dibawa, semua paket yang diantar, jangan-jangan isinya bom, jangan-jangan isi paketnya buuum, jangan-jangan sebelum sampai di tempat tujuan, buuum, meledak. Mereka pun cemas, mereka pun was-was, mereka pun terancam. Sudah gaji tak seberapa, sudah gaji senin-kamis, hati pun dag-dig-dug duer, takut isi paket meledak, buuum. Kalau sudah buum, tak hanya tangan yang hilang, tak hanya kaki yang hilang, badan pun hancur, kepala pun bisa melayang. Semua itu gara-gara bom book buuum, demikian saya menyebut lagi. Kalau sudah begini, kalau sudah begitu, semua repot, semua cemas, semua lebay. Gimana tak lebay, dapat paket dikira bom. Tim gegana pun repot, pusing tujuh keliling, belum jelas itu bom atau tidak, mereka sudah di-call, mereka sudah dipanggil. Kalau sudah dipanggil, isi paket yang jelas bukan bom pun harus diledakkan, itu prosedur, itu antisipasi, itu kata mereka. Siapa tahu memang bom, siapa tahu bisa meledak. Huuu, kapan ini berakhir. Ada yang bilang ini pengalihan, ada yang bilang itu ulah teroris, ada yang bilang lagi itu ulah orang iseng, anti pemerintah. Biar katanya kacau, biar katanya balau, kacau balau, biar katanya jadi lebay, lebay, balau, kacau. Kayaknya berhasil tuh. Sukses buat mereka, sukses buat pengacau, sukses untuk sukses, buuum lagi, dan lagi, capek deh. Tiba di rumah, hmm, ini paket siapa ya, kok gak ada alamatnya, siapa yang kirim ya, siapa yang punya ya, pake bungkus koran lagi, eh pake kertas koran lagi, eh kok gak kertas kado aja ya, dari siapa ya, hati bertanya-tanya, hati berdebar-debar, eh kok hati yang berdebar-debar, jantung deh yang berdebar-debar. Waduh, kacau, waduh, mati deh gue, eh saya, jangan-jangan isinya bom, bom book buuum, waduh kacau nih, waduh balau nih,  telepon gegana mana ya, eh telepon gegana berapa ya. Tapi, belum sempat nelpon gegana, emak pun nelpon. "Udah sampe kiriman Emak?" teriak emak dari seberang sana. "Yang mana Mak?", tanya saya sambil teriak juga. "Itu, yang gak ada nama pengirimnya, yang bungkusnya kertas koran", teriak Emak lagi "Oooo, itu kiriman Emak ya", jawab saya lega Untung belum panggil gegana .... Untung belum nelpon gegana .... Untung emak nelpon .... Kalau gak, bom book buuum duerr duehh....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun