Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bijaklah Memilih Tontonan

9 Oktober 2011   04:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:10 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebagai orang tua, bijaklah memilih tontonan bagi anak-anaknya, terutama bagi anak-anak balita dan yang masih berusia sekolah dasar. Orang tua juga perlu tahu tontonan yang akan ditonton itu apakah memang ditujukan untuk anak-anak, remaja, atau dewasa. Kriteria usia penonton yang disematkan di setiap film tersebut tentu ada tujuannya.

Film yang ditujukan untuk kalangan dewasa tentu tak akan baik bila ditonton juga oleh anak-anak. Banyak alasan kenapa tontonan berkategori dewasa itu tak patut dilihat anak-anak. Misalnya, dalam film berkategori dewasa terdapat adegan-adegan yang belum pantas dilihat oleh anak-anak, seperti adegan kekerasan, sadisme, adanya dialog tak senonoh dan kasar, adegan percintaan, hingga nudity atau adegan-adegan tanpa busana. Itulah sebabnya kenapa orang tua harus bijak dalam memilih tontonan bagi anak-anaknya yang belum berusia dewasa.

Contoh orang tua tak bijak dalam memilih tontonan bagi anak-anaknya saya saksikan sendiri Sabtu kemarin (08/10/2011), pas nonton film Final Destination 5 yang versi 3D. Tahu sendiri kan, film versi 3D akan menyuguhkan adegan-adegan riil dalam film seolah nyata di depan penonton. Saat sedang menunggu film tersebut diputar, satu rombongan keluarga tampak memasuki ruang bioskop. Mereka terdiri dari Ayah, Ibu, dan tiga anaknya yang masih berusia sangat muda. Bahkan satu diantaranya masih balita, sedang dua lainnya berusia sekolah dasar. Mereka duduk di kursi barisan depan.

Ada rasa gundah melihat satu keluarga itu, saya merasa gelisah melihat anak-anak mereka andai melihat adegan-adegan yang akan disuguhkan dalam film tersebut. Saya pun berpikir, apakah si orang tua tidak tahu film apa yang akan mereka saksikan itu. Andai si orang tua sempat membuka situs IMDb (The Internet Movie Database), tentu dia akan paham kenapa Final Destination 5 tak layak ditonton oleh anak-anak, terutama anak-anaknya.

Dalam IMDb, film Final Destination 5 diberi Rating R, karena berisi adegan kekerasan, kesadisan, kecelakaan yang mengerikan, dan bahasa-bahasa tak pantas (Rated R for strong violent/gruesome accidents, and some language). Dalam IMDb tersebut pun dirinci bagian-bagian mana yang menunjukkan adegan kekerasan, kesadisan, kecelakaan yang mengerikan, dan bahasa-bahasa tak pantas didengar anak-anak tersebut.  Bahkan film itu juga disebut mengandung: Sex and Nudity, Violence and Gore, Profanity (kata-kata kotor), Alcohol/Drugs/Smoking, dan Frightening/Intense Scenes.

Malah untuk adegan yang mengandung Frightening/Intense Scenes, IMDb menyebutkan, "Some death scenes can be frightening to younger viewers, such as the laser eye surgery and gym scene. Not a movie for children under the age of 18, depending on the child. There are a lot of jump scares, such as a man nearly looks like he is gonna lose his hand in a meat grinder. Sometimes people come up behind of people and make them jump. A man chases people around a kitchen in a slasher sequence fashion".

Akhirnya, saya hanya menebak-nebak dan menduga sendiri, pasti satu keluarga itu akan cabut sebelum film berakhir. Tak lama kemudian film pun diputar. Belum sepuluh menit film diputar, adegan-adegan sadis mulai dipertontonkan di depan mata penonton. Detik-detik kecelakaan yang terjadi akibat rubuhnya suatu jembatan yang sedang dilalui oleh banyak kendaraan diperlihatkan secara nyata. Orang yang jatuh dari atas jembatan dan tubuhnya terhempas di ujung tiang layar yang runcing dari sebuah perahu layar - yang sedang melintas di bawah jembatan - diperlihatkan secara sadis. Darah-darah yang muncrat dari tubuh-tubuh korban seperti dipertontonkan secara nyata dalam versi 3D. Saya saja hampir tak sanggup melihat adegan-adegan tersebut, mau beranjak keluar gedung rasanya sayang kalau tak habis hingga akhir film. Saya pun menyaksikan film itu dengan mata setengah terpejam, kadang sambil fesbukan untuk mengalihkan perhatian.

Dan seperti yang saya tebak dan duga, satu keluarga itu telah menghilang sebelum adegan berikutnya berlangsung. Barangkali, anak-anaknya pada teriak ketakutan, atau si ayah dan si ibu juga ketakutan dan kaget melihat film sadis dan tak biasa itu hingga buru-buru ke luar gedung, menyelamatkan anak-anaknya dari mimpi buruk.

Saran saya, bagi orang tua yang akan membawa anak-anaknya nonton di gedung bioskop, cari tahu dulu informasi tentang film yang akan ditonton. Informasi itu bisa didapat dari IMDb, teman-teman, surat kabar, majalah, media online, dan sebagainya. Di era teknologi informasi yang sudah canggih ini tentu akan makin mudah mencari informasi tentang hal tersebut. Bagi pengusaha bioskop, mohon diperhatikan usia para penontonnya.

Pihak bioskop juga perlu memberikan informasi yang cukup tentang film yang sedang diputar, apakah film itu pantas ditonton oleh anak-anak, remaja, atau dewasa. Ketika saya kecil dulu, pihak bioskop pernah menolak saya masuk karena film yang akan saya tonton tak diperuntukkan bagi anak-anak. Padahal, saya datang bersama kakak saya yang sudah dewasa. Film yang ditonton pun bukan berkategori R (Restricted). Cuman, karena film tersebut sudah distempel "Untuk 17 Tahun Keatas" oleh Badan Sensor Film (BSF) waktu itu maka saya pun tak lolos masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun