Ajang Kompasianival 2017 baru saja berlalu. Seperti yang sudah-sudah, Kompasianival tetap menampilkan tokoh-tokoh hebat yang berhasil di bidangnya masing-masing dan menjadi sumber inspirasi bagi yang lainnya. Kompasianival 2017 tetap menampilkan hiburan yang bisa buat orang sumringah hingga happy ending di akhir acara.Â
Bagi kompasianer sendiri, ajang Kompasianival menjadi ajang silaturahim, ajang kopi darat yang selama ini hanya bisa bersua lewat tulisan. Apakah Kompasianival 2017 ini menjadi ajang terbaik di antara Kompasianival tahun-tahun sebelumnya? Untuk menjawabnya tentu tergantung subjektivitasnya masing-masing, dari sudut mana mereka melihatnya.Â
Bagi saya, Kompasianival tahun ini sungguh berkesan, karena berkat ajang Kompasianival 2017 akhirnya Saya Ketemu Bu Sri (salah seorang tokoh perempuan Indonesia yang sangat saya kagumi) secara langsung, berhadap-hadapan secara dekat dengan beliau tanpa jarak atau sekat. Mungkin itu yang membuat saya terkesan sekali dengan acara ini. Namun, ada beberapa hal yang mengganjal hati, ada uneg-uneg yang ingin saya sampaikan, rasanya gregetan sekali kalau tak disampaikan, semoga bisa didengarkan.
Kalau ditinjau dari tokoh-tokoh yang diundang di Acara Kompasianival selalu mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Kapasitas dan kapabilitas mereka pun tak diragukan lagi kiprahnya. Tahun ini ada tiga tokoh hebat perempuan Indonesia yang diundang, dan mereka menyempatkan hadir di tengah kesibukan mereka yang super duper sibuk. Ada Bu Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI dan mantan direktur pelaksana Bank Dunia, ada Eyang Titiek Puspa, dan ada Christine Hakim, artis sepanjang zaman yang tak diragukan lagi kiprahnya di perfilman Indonesia. Salut untuk Kompasianival yang bisa menghadirkan mereka. Semoga tahun depan akan lebih banyak lagi tokoh hebat yang menjadi sumber inspirasi yang akan diundang.
Ajang Kompasianival 2017 juga menyajikan acara workshop dan focus session bagi para kompasianer, namun jumlah peserta dibatasi, hanya kompasianer terpilih yang bisa mengikuti acara ini, peserta diseleksi untuk mendapatkan kursi di acara-acara tersebut. Acara workshop dan focus session semacam ini perlu dilanjutkan untuk tahun-tahun berikutnya, namun jumlah peserta perlu ditambah. Selain untuk menambah wawasan, para kompasianer juga bisa mengasah keahlian dan keterampilannya masing-masing untuk bidang-bidang yang dia minati.
Bagaimana dengan acara di luar panggung Kompasianival? Saya menemukan beberapa stand sponsor yang bisa dikunjungi oleh peserta, namun saya kurang begitu tertarik untuk mengunjungi stand-stand sponsor tersebut. Padahal stand-stand tersebut sebenarnya bisa dijadikan alternatif bagi peserta untuk membuang waktunya selama acara Kompasianival berlangsung dari pagi hingga malam penutupan acara. Apalagi sembari menunggu tokoh atau atraksi panggung yang menjadi favoritnya tentu butuh kesabaran tingkat tinggi. Kalau peserta ketemu teman ngobrol yang cocok mungkin tak masalah, karena sembari menunggu mereka bisa ngobrol ngalur-ngidul sambil katawa-ketiwi. Bagi yang gak bisa gaul, tentu jadi masalah. Mempertahankan peserta untuk tetap tak beranjak dari tempat acara (mungkin) sangat sulit. Tapi hal itu bisa diakali bila di sekitar panggung terdapat stand-stand atau acara-acara lain di luar sponsor, yang bisa menarik minat peserta untuk tetap betah di lingkungan acara.
Saya jadi teringat dengan acara Kompasianival yang diselenggarakan di Skeeno Hall, Gandaria City lantai 3, Jakarta Selatan pada tahun 2012. di ajang Kompasianival di tahun 2012 itu, pihak panitia memberi kesempatan berbagai komunitas yang ada di Kompasiana untuk tampil. Ternyata komunitas yang dibentuk oleh para kompasianer itu banyak ragamnya. Mereka membentuk komunitas sesuai dengan bakat dan minatnya. Banyak manfaat yang bisa diambil dari komunitas-komunitas tersebut. Stand-stand mereka juga sangat menarik, unik, dan sesuai dengan tema dan spirit komunitasnya masing-masing. Nama komunitas yang mereka usung pun unik-unik, ada Koplak Yo Band, Kampret, Desa Rangkat, Planet Kenthir, Fiksiana Community, Koprol, dan sebagainya.Â
Kehadiran komunitas-komunitas itu bisa buat meriah acara Kompasianival. Melalui atraksi yang ditampilkan komunitas-komunitas tersebut, para pengunjung atau peserta bisa mendapatkan alternatif hiburan lainnya. Setiap stand komunitas juga bisa menjual atribut ataupun karya kreatif anggota komunitas kepada para pengunjung. Kan lumayan bisa menambah uang saku anggotanya. Tapi sayang, tahun ini tak ada lagi kiprah mereka di acara Kompasianival 2017. Apakah mereka mati suri atau sibuk dengan urusan masing-masing, entahlah.Â
Selain itu, ada satu bagian yang sangat ingin saya saksikan dan saya tunggu di acara Kompasianival. Meski bagian ini sebenarnya tak begitu penting, tapi sangat perlu ada di setiap acara penyelenggaraan Kompasianival. Kompasianival perlu menyediakan ruang pamer khusus yang menampilkan perjalanan sejarah Kompasiana, tokoh-tokoh di balik layar Kompasiana, prestasi dan karya yang pernah dihasilkan oleh para kompasianer, dan sebagainya. Ruang pamer ini diharapkan dapat menimbulkan spirit, inspirasi, dan minat para peserta. Paling tidak ruang pamer kecil ini menjadi pengingat dan penanda kalau Kompasiana itu tak sekadar platform blog, tapi bisa juga menampilkan dan melahirkan karya-karya terbaik anggotanya. Â Â
Mungkin itu saja uneg-uneg saya, semoga acara Kompasianival makin meriah di tahun-tahun berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H