Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tukang Ojek Naik Kelas

4 Juli 2015   12:00 Diperbarui: 4 Juli 2015   12:00 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk menjadi Go-Jek Driver, tidak ada standar pendidikan khusus, siapa saja bisa bergabung asal punya kendaraan motor, punya SIM lengkap STNK. Namun, saat interview, kepribadian dan riwayat hidup calon karyawan atau calon driver sangat diperhatikan. Jika ada hal yang mencurigakan, maka bisa menjadi salah satu pertimbangan apakah orang tersebut dapat menjadi driver atau tidak. Jadi, track record calon driver tetap menjadi perhatian utama demi keselamatan, keamanan, dan kenyamanan para pengguna Go-Jek.

Saat pertama kali bergabung, Go-Jek Driver diberikan pengenalan alat kerja berupa handphone Android dan aplikasi Go-Jek sendiri. Mereka diajarkan menggunakan aplikasi GO-JEK dan cara melihat pesan orang agar mereka bisa tahu kapan saja dan di mana orang yang memesan Go-Jek tersebut harus dijemput. Kemudian mereka juga diajarkan tentang tata cara berkomunikasi dengan pelanggan atau orang yang memesan jasa Go-Jek. Tahap selanjutnya, mereka diajarkan keterampilan untuk mapping atau mengenal daerah. Dalam tahapan mapping ini, mereka harus belajar mengenal jalan dan mengetahui jalan-jalan pintas di seluruh Jabodetabek atau wilayah jangkauan GO-JEK sebelum bekerja. Setelah lulus semua tahapan tersebut, maka Go-Jek Driver siap bekerja. Go-Jek Driver pun mendapatkan jaket Go-Jek, dua helm Go-Jek, dan satu ponsel Android. 

Mereka yang diterima sebagai Go-Jek Driver berstatus freelance. Status freelance ini berlaku untuk seluruh Go-Jek Driver yang sudah diterima kerja. Oleh Karena berstatus sebagai freelance, maka tidak ada yang mengatur jam dan hari kerja para driver. Pendapatan mereka diukur berdasarkan berapa banyaknya pekerjaan yang diambil. Jadi, mereka bisa memperoleh pendapatan lebih jika rajin mengerjakan setiap orderan atau pesanan dari pelanggan Go-Jek. Intinya mereka tetap harus bekerja keras juga.

Penghasilan Go-Jek Driver yang menggiurkan sudah membius ribuan orang. Menurut Founder sekaligus CEO Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim, sejak diluncurkan pada Januari 2015, jumlah pengojek yang ada di Go-Jek selalu bertambah. Dia bilang, hingga kini, jumlah pengojek di Go-Jek telah mencapai 10.000 orang (Kompas.com - Rabu, 1 Juli 2015).

Selain penghasilan yang menggiurkan, fleksibilitas waktu sebagai pengendara Go-Jek juga membuat banyak orang yang tertarik. Mereka bisa kapan saja melayani pelanggan Go-Jek ataupun saat tidak melayani pelanggan. Tak heran kalau ratusan orang rela ngantre melamar Go-Jek Driver meski harus berpanas-panas, rela berdiri, dan berdesak-desakan, mulai dari tukang ojek pangkalan, penganggur, hingga sarjana (Kompas.com - Senin, 29 Juni 2015). Tukang ojek pun naik kelas.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun