Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kecurigaan Saya terhadap Anas

12 Januari 2014   12:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anas urbaningrum sudah ditahan KPK sebagai tersangka kasus korupsi proyek pembangunan Stadion Hambalang pada hari Jumat, 10 Januari 2014 kemarin. Yang menarik saat penahanan tersebut, Anas sempat mengucapkan terima kasih pada  Ketua KPK Abraham Samad yang sudah menandatangani surat penahanannya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada penyidik dan penyelidik KPK. Kemudian, secara khusus Anas mengucapkan terima kasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Ucapan terima kasih ini kalau diucapkan oleh orang-orang biasa seperti saya mungkin dianggap biasa dan tak memiliki arti apa-apa. Namun kalau diucapkan oleh seorang Anas tentu memiliki makna lain yang tersembunyi, atau istilah kerennya bermakna implisit. Apalagi ucapan terima kasih itu ditujukan secara khusus pada Bapak Presiden sebagai mantan atasannya di Partai Demokrat yang sekaligus sebagai penguasa negeri ini.

Ucapan terima kasih Anas oleh media massa pun dimaknai atau diinterpretasikan secara berbeda, dan menjadi topik yang hangat beberapa hari ini. Ucapan terima kasih Anas menyiratkan kalau sebenarnya ada hal lain yang lebih penting yang akan terbongkar. Apakah Anas akan membongkar semua orang yang terlibat dalam kasus korupsi mega proyek itu, atau dia hanya diam saja tak ngember seperti halnya Nazaruddin.

Secara logika, Anas tentu tak mau dipersalahkan sendiri seperti halnya Nazaruddin, apalagi kalau dia sampai terbukti bersalah dan mendekam di hotel rodeo sendirian, tentu dia akan menyebut nama-nama yang terlibat dalam kasus korupsi tersebut. Siapapun juga tahu, dalam skandal mega korupsi tersebut, korupsi tak dilakukan oleh satu orang, tapi dilakukan oleh satu komplotan yang melibatkan banyak orang, tinggal aktor utamanya saja yang belum terungkap. Apalagi Anas secara terang-terangan menyatakan kalau dia sudah siap bekerja sama dengan KPK untuk membongkar dugaan keterlibatan pihak lain dalam kasus Hambalang, termasuk Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, putranya Pak Presiden (baca Kompas.com - Sabtu, 11 Januari 2014).

Drama inilah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, terutama oleh lawan-lawan politiknya. Publik di negeri ini tentu sedang menunggu-nunggu nama-nama yang akan disebut Anas. Saya jadi teringat ramalan seorang paranormal terkenal di Republik ini kalau di tahun 2014 akan terungkap kasus mega korupsi yang sudah berlangsung lama dan tak kunjung selesai. Apakah kasus Hambalang atau Century, sang paranormal tak menyebutkannya secara eksplisit.

Anas hanyalah seorang manusia biasa, siapapun orangnya kalau sudah terjepit tentu tak akan mau menanggung derita sendiri. Kecuali kalau Anas memang sudah dipersiapkan sebagai tameng untuk melindungi kelompok tertentu. Tapi itu tak mungkin, Anas bukanlah seorang manusia bodoh yang mau diperlakukan seenaknya semacam robot. Seperti halnya Nazar, Anas pun akan ngember pada KPK meski dilakukan secara elegan, khasnya Anas dengan ungkapan-ungkapan yang tersirat. Namun ungkapan tersirat Anas (meski nantinya akan menjadi tersurat juga) bukanlah hal yang spektakuler apalagi dianggap hebat, meminjam istilah yang sering dipakai syahrini, tak lagi cettar.

Anas bukanlah Snowden yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat dunia untuk informasinya tentang sepak terjang intelejen Amerika Serikat saat memata-matai negara lain. Kalau saja Nazar tak menyebut-nyebut nama Anas, mungkin kasus Hambalang bakal terus tertutup rapat, tak terkoyak sama sekali. Kalau diruntut lagi ke belakang, seandainya Nazarruddin tak tertangkap, nama Anas Urbaningrum tentu tetap aman, dan dia (barangkali) bakal menjadi calon Presiden dari Partai Demokrat yang dipimpinnya.

Namun, sebagai rakyat biasa, orang awam, saya pun tak habis pikir, kenapa Anas tak mengungkap kasus Hambalang kalau seandainya dia tahu tentang kasus mega korupsi tersebut sejak dulu. Kenapa dia harus mengungkapnya ketika dia merasa terjepit dan menjadi tersangka seperti sekarang, dan terus membela diri kalau dia tak bersalah.  Bahkan dia berani digantung di Monas kalau seandainya terbukti korupsi. Dan semua pembelaan diri Anas tersebut menjadi tak berarti dan dimentahkan olehnya sendiri ketika tim pengacara Anas menyatakan kalau Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum siap bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk membongkar dugaan keterlibatan pihak lain.

Itu artinya apa, Anas sebenarnya sudah tahu tentang kasus korupsi proyek Hambalang. Kalau dia merasa tak ada sangkut pautnya dengan kasus korupsi tersebut, tentu dia tak tahu tentang siapa saja yang terlibat dan kenapa dia diam saja. Anas seolah-olah punya kartu truf tentang kasus korupsi Hambalang untuk menjerat pihak lain dalam skandal tersebut. Bukankah itu menyiratkan juga kalau sebenarnya Anas memang terlibat dalam kasus tersebut? Mungkin analisis saya salah dan keliru, adakah yang bisa memperbaikinya? Atau sebenarnya Anda juga setuju dengan kecurigaan saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun