Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sade, Desa Sasak Asli Tanpa Sentuhan Modernisasi

11 Juni 2012   17:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 2607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Sade merupakan desa Sasak asli yang masih dipertahankan keasliannya. Desa Sade terletak di daerah Rembitan tak jauh dari Kota Mataram, Lombok. Dari arah Bandara Udara Internasional Lombok, Desa Sade sudah tak begitu jauh lagi, sekitar kurang setengah jam perjalanan dengan bis. Di desa Sade, saya masih bisa menyaksikan bentuk rumah Sasak asli yang beratap ijuk dengan tradisi masyarakat setempat yang masih asli. Meski letak desa itu tepat di pinggir jalan raya yang beraspal mulus dan banyak dilalui oleh kendaraan bermotor, Sade tetap bertahan sebagai desa asli suku Sasak. Modernisasi yang menyerbu Pulau Lombok sepertinya tak kuasa memengaruhi desa tersebut. [caption id="attachment_182150" align="aligncenter" width="620" caption="Pintu masuk Desa Sade"]

1339429345681502043
1339429345681502043
[/caption] Secara umum, sebagai suku Sasak asli, masyarakat Sade masih menganut kepercayaan Wektu Telu yaitu kepercayaan Islam yang memiliki unsur-unsur Hindu, Buddha, maupun kepercayaan tradisional kuno lainnya. Meski demikian, mereka tetap melaksanakan salat wajib lima waktu. Kaum perempuan pada Masyarakat Sade masih tetap mahir menenun. Mereka memproduksi kain tenun ikat Lombok yang indah dan menawan. Saya masih bisa menyaksikan mereka menenun dan langsung menjual hasil tenunannya itu pada para pengunjung. [caption id="attachment_182155" align="aligncenter" width="620" caption="Seorang perempuan Sasak sedang menenun di kios hasil tenunannya."]
13394321001884317644
13394321001884317644
[/caption] [caption id="attachment_182156" align="alignright" width="300" caption="Penjual pernak-pernik atau aksesoris"]
13394321641929123038
13394321641929123038
[/caption] Selain itu, penduduk setempat juga membuat perhiasan-perhiasan atau pernak-pernik atau aksesoris khas Sasak seperti gelang, kalung, anting, dan cincin. Pernak-pernik tersebut bisa dijadikan cinderamata untuk dibawa pulang. Harganya pun tak mahal, sekitar 5000 rupiah per satuan. Harga ini juga masih bisa dinego kalau kita belinya banyak. Berbeda dengan kain tenunan yang cukup menguras dompet. Memang tak dapat dipungkiri, Desa Sade tetap dipertahankan sebagai desa asli suku Sasak ditujukan untuk kepentingan pariwisata. Oleh pemerintah setempat, Desa Sade dijadikan sebagai objek wisata bagi para wisatawan, baik domestik maupun internasional karena banyak desa asli suku Sasak yang sudah punah atau berubah bentuk mengikuti perkembangan zaman. Hanya Desa Sade yang masih bertahan dan tetap dipertahankan keasliannya. Upaya mempertahankan keaslian desa Sasak Sade tersebut didukung pula sepenuhnya oleh masyarakat setempat. Ini terlihat dari pola dan gaya hidup mereka yang masih bersahaja dan tradisional, tanpa adanya pengaruh unsur-unsur modernisasi yang berarti. Bahasa yang mereka gunakan sehari-hari pun masih bahasa Sasak asli. Demikian pula dengan rumah mereka yang masih asli khas Sasak, selain beratap ijuk, lantai dasar rumah mereka juga terbuat dari tanah liat yang sudah mengeras seperti batu. Pintu masuk rumah pun tak melebihi tinggi orang dewasa. Hal ini dimaksudkan agar setiap tamu yang datang ke rumah mereka akan segera menunduk ketika melewati pintu masuk tersebut. Ini merupakan simbol untuk menghormati si tuan rumah atau pemilik rumah. [caption id="attachment_182153" align="aligncenter" width="620" caption="Pintu masuk rumah khas Sasak"]
13394313621955026109
13394313621955026109
[/caption] [caption id="attachment_182154" align="alignright" width="300" caption="Model langit-langit rumah khas Sasak"]
1339431447560738911
1339431447560738911
[/caption] Yang paling unik dan membuat saya tercengang dari rumah khas Sasak tersebut adalah cara mereka membersihkan lantai rumah mereka. Kalau orang-orang di perkotaan atau modern selalu menggunakan zat pembersih lantai, namun tak demikian dengan rumah Sasak. Untuk mengepel lantai rumah, mereka menggunakan kotoran kerbau yang disebar ke seluruh lantai. Penggunaan kotoran kerbau ini sebenarnya ada maksudnya. Konon katanya, kotoran kerbau itu mengandung zat yang mampu mengusir nyamuk dan memberikan efek hangat di dalam ruangan rumah, terutama ketika di malam hari atau suhu udara dingin. Yang membuat saya takjub lagi, ketika sudah mengering, kotoran kerbau tersebut tak meninggalkan bau di dalam ruangan rumah mereka. Itulah yang saya rasakan ketika memasuki rumah tradisional suku Sasak di Desa Sade. Berkunjung ke Desa Sade dapat disebut sebagai wisata budaya. Dari hasil kunjungan itu membuat saya semakin sadar bahwa budaya bangsa yang dimiliki negeri ini memang sangat kaya dan beragam. Desa Sade merupakan salah satu bagian kecil dari kekayaan budaya tersebut. Bagaimana dengan yang lainnya? Mari jelajahi Indonesia!
Opera Travel Blog Competition
Opera Travel Blog Competition

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun