Saya rindu Pak Pos. Sudah lama saya tak menerima surat dari Pak Pos. Kalau saya ingat-ingat, sudah 10 tahun terakhir ini saya tak menerima surat dari Pak Pos. Di tahun 80-an hingga 90-an saya masih sering terima surat dari Pak Pos. Surat-surat yang saya terima itu berasal dari sahabat pena saya yang tersebar di seluruh Indonesia. Sahabat pena itu saya dapatkan dari majalah Bobo, Tomtom, maupun Ananda. Dua majalah anak-anak dua terakhir ini sudah almarhum alias tak terbit lagi. Kadang saya juga terima surat dari berbagai kantor berita asing atau radio asing, bahkan dari PBB juga pernah. Saya dulu memang paling rajin meminta perangko-perangko asing dari mereka untuk melengkapi koleksi perangko yang saya miliki. Bahkan selain perangko, saya juga sering dibonusi buku-buku kecil, majalah, maupun brosur-brosur tentang negara masing-masing. Saya ingat sekali, kalau sudah terima surat dari luar negeri senangnya bukan main. Soalnya perangko-perangko dan stempel yang tertera dalam amplopnya unik dan bagus. Capnya ada yang berbentuk segitiga, segiempat, dan lingkaran. Malah, saya juga pernah menerima surat dengan cap peringatan khusus. Bagi seorang filatelis, cap-cap demikian punya nilai khusus dan banyak diburu para kolektor. Selain itu, saya juga merasa diperhatikan oleh mereka. Jadi, saya bisa merasakan kebanggaan Mbak Christie Damayanti ketika menerima surat dari para pemimpin berbagai negara (saya iri jadinya pada si Mbak itu). Kini, semua tinggal kenangan. Sejak kemajuan teknologi informasi, hubungan surat menyurat lebih banyak dilakukan lewat email dan SMS, yang bisa langsung diterima saat itu juga. Praktis memang, lebih menyingkat waktu. Orang pun lebih terbiasa mengetik atau menekan tuts hape mereka ketimbang harus menulis surat di atas kertas. Saya yakin, selain bisnis pos, bisnis kertas surat dan amplop pun terpukul gara-gara kemajuan teknologi tersebut. Saya juga tak lagi menemukan kertas-kertas surat yang berwarna warni, yang ada gambar-gambar hiasnya. Saya jadi ingat, dulu seorang abang saya selalu menulis surat cinta pada pacarnya di atas kertas surat yang ada gambar-gambar "love" nya. Agaknya, untuk mengobati kerinduan pada Pak Pos, sesekali saya perlu tulis surat secara konvensional lagi. Sumpah, saya rindu sangat sama Pak Pos, yang selalu tersenyum ketika menyerahkan surat ke tangan saya. Sumber gambar: http://kolomkita.detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H