Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Siapa yang Mau Nyusul Para Kompasianer Ini?

3 Juni 2011   00:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:56 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau saya ditanya apa yang buat saya bertahan di Kompasiana. Selain saya doyan nulis apa saja, tak terbatas sama satu hal, para kompasianer inilah yang buat saya tetap bertahan. Bukan karena mereka ganteng dan cantik, bukan karena itu. Kalau cuma alasan tersebut saya lebih baik memilih Lady Gaga atau Justin Bieber. Bahkan di antara mereka pun sudah ada yang tak aktif lagi di Kompasiana. Sejujurnya, para kompasianer ini pun buat saya cemburu setengah mati, kalau sepenuh mati, berarti saya dah mati dong, hahahaha. Gara-garanya, sekian lama mereka jadi anggota klubnya Kompasiana, mereka sudah bisa buat buku sendiri. Semua itu terjadi gara-gara kesukaan mereka nulis, khususnya di blog Kompasiana. Rasa percaya diri mereka juga patut diacungi jempol. Bagi saya, orang yang sudah berani menerbitkan tulisan-tulisannya menjadi sebuah buku adalah orang-orang yang punya rasa percaya diri yang besar. Mas Wisnu Nugroho (Inu), Pak Chappy Hakim, Mbak Mariska Lubis, dan terakhir Mas Hazmi Srondol, mereka inilah para kompasianer yang saya maksud. Mas Wisnu, tulisan-tulisan terbarunya sudah hampir tak nongol lagi di Kompasiana. Tulisan Mas Inu terakhir diposting pas bulan Maret kemarin. Pak Chappy Hakim masih tetap aktif meski tulisannya tak sering tampil. Mbak Mariska Lubis juga sudah hilang bak ditelan bumi, tulisan-tulisan terbarunya sudah tak pernah nongol lagi di Kompasiana, padahal saya paling senang dengan topik seks yang sering dibahasnya. Terakhir, Mas Hazmi Srondol, kompasianer inilah yang paling aktif di Kompasiana bila dibanding dengan ketiganya. Baru beberapa saat tadi saya kasi komen ke tulisan terbarunya si Mas Hazmi Srondol itu. Mas Wisnu sudah berhasil nerbitin tetraloginya tentang Pak Beye, dimulai dari "Pak Beye dan Istananya", "Pak Beye dan Politiknya", "Pak Beye dan Kerabatnya", dan "Pak Beye dan Keluarganya". Tetralogi itu kemudian ditutup dengan buku terakhir, judulnya "Pak Kalla dan Presidennya". Demikian pula dengan Pak Chappy, sudah lumayan banyak buku karyanya yang beliau terbitkan, sebut saja "Saxophone Kapal Induk dan Human Error",  "Berdaulat di Udara", dan terakhir "Pertahanan Indonesia", yang terbit di tahun baru 2011 ini. Kalau tak salah sudah sekitar 13 buku yang beliau tulis dan terbitkan. Mbak Mariska juga tak kalah dengan kedua pria di atas, meski (setahu saya) baru satu judul buku yang diterbitkan, namun bisa buat heboh satu negeri (terlalu bombastis ya saya), baca saja judulnya, " Wahai Pemimpin Bangsa!!! Belajar dari Seks, Dong!!". Dan (lagi-lagi) terakhir saya sebutkan Mas Hazmi Srondol, yang saya anggap paling junior di antara mereka, akhirnya dia sukses menerbitkan buku pertamanya setelah sekian lama aktif di Kompasiana, judulnya"Srondol Gayus Ke Italy" sebuah Novel Komedi, demikianlah kata yang tertulis di sampul bukunya. Atau jangan-jangan Mas Hazmi sudah punya judul-judul lain? Saya pun tak keberatan menghabiskan waktu baca buku karya keempat orang itu. Tujuannya, selain mencari pengetahuan, buku mereka pun saya jadikan sebagai bahan pembelajaran atas tulisan-tulisan mereka. Saya tak ingin menilai karya tulis mereka karena sifatnya sangat subjektif. Bagus bagi saya belum tentu bagus buat orang lain, atau bagus menurut saya belum tentu bagus menurut orang lain. Yang pasti, gara-gara mereka saya jadi makin semangat menulis, dan suatu saat bakal buat buku, lantas menerbitkannya sendiri, karena saya tahu para penerbit pemegang label tak bakal tertarik dengan tulisan saya, apalagi kalau melihat jumlah pembaca yang membaca tulisan-tulisan saya di Kompasiana, (barangkali) bakal (makin) menyurutkan mereka, hehehe (tertawa sejenak menghibur diri). Jadi, saya pantas ngucapin terima kasih atas keempat orang itu. Bukan cari muka, karena saya sudah punya muka sejak dulu. Bukan pula cari perhatian karena saya bukan jablay (jarang dibelay gitu lho). Apalagi menjadi penjilat seperti yang pernah dituduhkan pada saya (gara-gara ngebela Kompasiana). Kalau mau jadi penjilat mending saya jadi penjilat es krim, lebih enak dan manis, lezat lagi. Pokoknya, bukan karena itulah. Lantas karena apa? Jawabnya cuma Spirit. Spiritmerekalah yang buat saya harus memberikan ucapan terima kasih tersebut. Spirit merekalah yang membuat saya terus semangat menulis. Tanpa spirit, Anda pun akan ogah-ogahan nulis di Kompasiana ini. Seperti kata Mbak Anggun, sang penyanyi kita yang sudah mendunia itu, "Manusia itu kan daging. Tetapi sebenarnya yang membikin kita manusia itu adalah spiritnya". Saya langsung setuju dengan kata-kata Mbak Anggun itu dalam sebuah sesi wawancaranya. So, jadi tunggu apalagi, siapa yang mau nyusul para kompasianer ini?

  • Sumber gambar: koleksi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun