Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Opungku Seorang Flamboyan

24 Mei 2011   17:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:16 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opungku seorang flamboyan, begitulah yang kuingat tentang sosok seorang opung yang kukenal. Opung itu istilah dalam bahasa Batak untuk menyebut kakek. Opungku suka berpenampilan necis dan selalu bertindak untuk pencitraan dirinya. Sebagai seorang yang flamboyan, opungku juga modis/ikut fashion dan rapi/dandy. Tutur kata dan penampilannya pun mudah memikat hati banyak orang. Tak hanya itu, dia pun seorang yang cerdas, pintar, tekun, dan tahu tentang banyak hal karena kesukaannya membaca. Di masa mudanya pun opung banyak memikat hati wanita. Tak heran kalau opung pernah memiliki empat orang istri, padahal opung bukanlah seorang kaya dan punya banyak uang. Beliau hanya seorang pegawai rendah di keresidenan (pemerintahan). Namun begitu, opung tak pernah tergiur untuk korupsi. Semua dijalankannya dengan jujur. Sebelum menikahi nenekku yang cantik, opung pernah menikah dua kali. Berdasarkan cerita yang pernah kudengar, katanya, saat opung sudah menikahi istri pertamanya, opung pergi merantau ke negeri seberang, persisnya ke kota Malaka, Malaysia. Lama tinggal di negeri itu membuat opung menikah lagi dengan wanita seberang tersebut. Demikianlah sepenggal cerita yang pernah kudengar. Dari kedua pernikahannya itu, opungku memiliki tiga orang anak, dua anak perempuan dari istri pertama dan satu anak perempuan dari istri kedua. Opung tak memiliki anak laki-laki dari kedua pernikahan pertamanya tersebut. Opung baru mendapat banyak anak laki-laki dari pernikahannya yang ketiga. Untungnya, opung menikahi opungku ketika kedua istri sebelumnya sudah tiada. Tak terbayang andai dua istri yang lainnya masih hidup, pasti opung pusing tujuh keliling menghidupi tiga keluarga sekaligus. Dari pernikahan ketiganya itu opung memiliki 14 anak, delapan anak laki-laki dan enam anak perempuan. Sedangkan ibuku adalah anak opung yang ke tujuh. Bahkan seorang nenekku, adik ipar opung, pernah mengatakan kalau opung pernah menikah lagi dengan seorang perempuan Aceh. Pernikahannya yang keempat itu tak pernah terbukti walau katanya dia telah memiliki beberapa anak yang kini sudah dewasa. Opung telah meninggalkan kami lebih dari 20 tahun yang lalu, setahun sejak kematian nenek. Tanpa nenek, hidup opung tak berwarna lagi. Neneklah sebagai pelita hatinya. Di masa hidupnya, opung dan nenek selalu berkunjung ke rumahku setiap pagi. Jarak rumah opung dengan rumahku tak begitu jauh. Di masa hidupnya, penampilan opung masih tetap segar walau usianya saat itu sudah menginjak 88 tahun. Dengan sepatunya yang mengkilap, ujung baju yang dimasukkan pada celana, opung menjadi sangat rapi dan flamboyan, seperti seorang pembesar. Opung selalu berpenampilan seperti itu saat berkunjung ke rumahku. Dan saat tiba di rumah, opung akan marah kalau kami cucu-cucunya belum pada mandi. Sebenarnya, aku tak begitu dekat dengan opung. Selain aku seorang pemalu dan tak begitu menonjol di antara cucu-cucunya, aku juga memaklumi hal tersebut karena opung memiliki sekitar 80 cucu. Terbayangkan kalau dia suka lupa menyebut dan mengingat nama kami satu-satu. Bahkan opung tak pernah ingat dengan namaku. Opung selalu menyebut nama abangku yang sangat dia kenal dekat saat memanggil namaku. Kalau sudah begitu, ya sudahlah, harap maklum. Pada dasarnya opung tetaplah orang baik, yang mencintaiku, dan cucu-cucunya yang lain.

  • Sumber gambar: pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun