Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Dolly, Apa Kabarmu?"

30 Maret 2011   17:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 2285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

13015416751993032560
13015416751993032560
Nama Dolly memang tak asing lagi, pasti Anda pernah mendengar nama "Dolly" itu di berbagai kesempatan. Di dunia hiburan musik internasional siapa yang tak kenal dengan nama Dolly Parton. Penyanyi wanita ini sangat dikenal oleh para penggemar dan pecinta musik country seluruh dunia, suaranya pun dikenal renyah dan merdu.  Tak heran kalau Dolly dianggap sebagai legenda hidup musik country. Begitu pula dengan kemampuan aktingnya, sudah tak diragukan lagi. Dolly sudah berakting di banyak film walau cuma sekadar bintang tamu atau comeo yang sekadar numpang lewat. Dolly juga dikenal sebagai artis yang berbuah dada besar. Di usia 20 dia melakukan operasi pembesaran buah dada untuk pertama kalinya. Sepuluh tahun kemudian Dolly melakukan tindakan pembesaran kembali ketika berusia 30 tahun. Ukuran buah dadanya pun mencapai DD dan tak sebanding dengan tinggi tubuhnya yang cuma 152 cm. Setiap laki-laki yang berhadapan dengannya pasti melirik buah dadanya itu. Dolly pun masuk jajaran artis yang terseksi. Bagi Dolly, memiliki buah dada besar bukanlah anugerah, tapi petaka. Tindakan memperbesar buah dada ketika berusia 20 dan 30 tahun itu merupakan satu kekeliruan. Buah dada besar dan tak sebanding dengan ukuran tubuhnya tersebut membuat punggung Dolly selalu terasa nyeri dan sakit. Dokternya pun menyarankan Dolly untuk mereduksi atau memperkecil buah dadanya secara besar-besaran. Itulah Dolly Parton, artis yang penuh sensasional dan terkenal di mana-mana.
1301541706876665761
1301541706876665761
Nama Dolly tak hanya terkenal di ranah hiburan seperti Dolly Parton. Dolly juga dikenal di ranah iptek khususnya bioteknologi. Di ranah itu Dolly dikenal sebagai nama seekor domba yang terlahir melalui proses kloning pertama di dunia. Dolly si domba betina itu lahir pada 5 Juli 1996. Dolly diproduksi dengan mengambil inti sel (nukleus) dari sel  kelenjar susu seekor domba Dorset berusia 6 tahun. Lalu disuntikkan ke sel telur domba Blackface yang sudah diambil inti selnya. Walau terlahir dari proses kloning, Dolly mampu melahirkan domba-domba lainnya. Dolly si domba pun menjadi fenomenal karena dianggap sebagai produk teknologi yang selama ini dianggap mustahil. Teknologi kloning pernah digambarkan secara gamblang dalam film "Jurassic Park" garapan Steven Spielberg di tahun 1993. Tiga tahun kemudian, teknologi kloning  baru bisa dilakukan terhadap seekor domba betina yang bernama "Dolly". Selain ranah hiburan dan iptek, nama "Dolly" juga terkenal di ranah pelacuran. Siapa yang tak kenal dengan nama Gang "Dolly" di Surabaya. Gang ini terkenal sebagai pusat lokalisasi pelacuran yang terbesar di Surabaya, bahkan katanya terbesar di Asia Tenggara. Bahkan lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura. Gang Dolly terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Kalau Anda tak kenal atau belum pernah dengar nama Gang Dolly ini, saya yakin pasti Anda orang baik-baik. Namun tak berarti Anda bukan orang yang tak baik kalau kenal dengan Gang Dolly ini. Seperti saya misalnya. Sejak masih tinggal di Medan saya sudah kenal dengan nama Gang Dolly. Informasi Gang Dolly banyak saya dapat dari media massa seperti koran, tabloid, dan majalah. Bahkan saya juga pernah membaca satu laporan penelitian tentang Gang Dolly. Andai waktu itu internet sudah booming seperti sekarang pasti sudah saya googling Gang Dolly itu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Waktu itu ada rasa penasaran untuk melihat dan mengunjungi Gang Dolly secara langsung, bukan untuk melacur lho, jangan salah sangka. Kalau pun iya, itukan urusan saya, hehehe, tapi enggaklah. Seorang teman pernah mengatakan, kalau ke Surabaya tak akan lengkap tanpa mengunjungi Gang Dolly. Saya pun makin penasaran dengan Gang Dolly.
13015417642040042502
13015417642040042502
Rasa penasaran itupun akhirnya terpenuhi sekitar sepuluh tahun yang lalu. Saat berkunjung ke Surabaya untuk pertama kalinya, saya diajak oleh rekan-rekan di kantor cabang untuk mengunjungi Gang Dolly. Ajakan itu terlontar saat saya bertanya tentang Gang Dolly pada mereka. Mereka tak mau panjang lebar menerangkan tentang Gang Dolly, kalau mau langsung ke TKP. Antara takut, khawatir, dan rasa ingin tahu, semuanya nyampur jadi satu. Akhirnya, saya pun mengiyakan ajakan mereka, hitung-hitung wisata malam kata mereka. Kami berlima pun ke Gang Dolly dengan sebuah Kijang. "Alamak Jang", kata saya dalam hati.  Menelusuri Gang Dolly membuat saya tak percaya  melihat keadaan di sana. Gang Dolly tak ubahnya seperti gang-gang lain. Bedanya, Gang Dolly lebih hidup di malam hari. Perempuan-perempuan penghibur "dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase. Di situ saya jadi percaya, di Gang Dolly yang namanya human trafficking atau perdagangan manusia sudah tak asing lagi dan sudah berlangsung. Dari jalan, etalase itu bisa dilihat, dan perempuan-perempuan cantik yang sexy dan putih berada di dalamnya. Di sepanjang Gang Dolly, etalase-etalase demikian banyak ditemukan. Pub-pub, cafe-cafe, hingga diskotik kecil pun ada di Gang itu. Ironisnya, di sepanjang Gang Dolly juga banyak berkeliaran anak-anak kecil dan remaja. Saya tak tahu anak-anak siapa itu. Maklum saja, di Gang Dolly tak hanya hidup para perempuan penghibur itu semata, tapi mereka juga (sepertinya) hidup dengan keluarga mereka. Perempuan-perempuan penghibur yang sudah lewat zamannya pun masih ada di situ. Mereka sepertinya sudah terbiasa dengan kehidupan malam seperti itu. Menelusuri Gang Dolly tak perlu makan waktu lama kalau memang niatnya cuma demikian. Sekitar seperempat jam, wisata menelusuri Gang Dolly pun berakhir. Saya tak habis pikir, menerawang kehidupan orang-orang di Gang Dolly sepanjang masa dan usia mereka. Tentu mereka berasal dari berbagai daerah dan wilayah, yang sudah tak sabar mencari penghidupan yang layak secara instan. Cuma Gang Dolly yang bisa menawarkan keinstanan itu. Kini, nama "Dolly" tak lagi bergema seperti dulu. Dolly Parton sudah membatasi langkahnya di ranah hiburan karena faktor usia. Dia makin tua dan kelak akan renta. Dolly si domba betina pun demikian. Dia mati tanggal 14 Februari 2003 tepat di hari Kasih Sayang. Demikian pula dengan Gang Dolly. Dengar-dengar, gang itu akan direhabilitasi agar lebih bermoral dan bermartabat. Dan hari ini saya cuma bisa menyapa mereka, "Dolly, apa kabarmu?". Referensi: wikipedia, people, science Sumber gambar: dolly-online.com; www.deadlinenews.co.uk; http://internet-q.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun