Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Matinya Propaganda Amerika Serikat

18 Februari 2011   16:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:29 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1298046800492705158

Jumat hari ini (18/02/2011) Motion Picture Associated (MPA), yang mewakili sejumlah perusahaan film asing,  resmi menarik semua film asing yang beredar di bioskop-bioskop Indonesia. Pemberlakuan penarikan juga berlaku bagi film asing yang akan beredar (kompas.com - 18/02/2011). Gara-garanya, adanya keputusan pemerintah melalui Dirjen Pajak dan Bea Cukai yang menetapkan pemberlakuan bea masuk hak edar distribusi atas film-film asing yang beredar di Indonesia. Banyak yang kecewa atas keputusan MPA tersebut, termasuk saya sebagai pecandu berat film-film asing hingga saya dituduh tak nasionalis. Awalnya, saya mengutuk, mengumpat, bahkan mencaci maki pemerintah atas pemberlakuan bea masuk hak edar untuk film-film asing tersebut. Gara-gara kebijakan itu saya bakal tak bisa lagi menyaksikan film-film bermutu dari luar sana. Saya bakal tak menemukan lagi film-film asing berkualitas di bioskop-bioskop Indonesia. Saya juga bakal banyak menemukan film-film nasional semacam "Pocong Ngesot" hingga "Arwah Goyang Karawang" di bioskop-bioskop kesayangan saya. Sungguh tak lucu memang kalau bioskop-bioskop kita banyak didominasi oleh film-film yang saya anggap cuma mengumbar hantu-hantu yang tak menakutkan malah buat saya tertawa terbahak-bahak. Habis marah-marah dengan penuh cacian dan makian, emosi saya pun mengendur. Pikiran saya kembali logis dan rasional. Untuk apa saya marah-marah. Malah saya jadi mikir, andai MPA menarik semua film asing yang beredar di bioskop-bioskop Indonesia tentu mereka akan rugi besar. Kerugian itu tak sebesar yang ditanggung oleh penduduk Indonesia. Bukan apa-apa, hampir seluruh penggemar dan penikmat film asing di Indonesia hanya berada di kota-kota besar, dan jumlah itu sangat sedikit. Kerugian terbesar dari pihak Indonesia mungkin akan banyak bioskop di kota besar yang gulung tikar. Namun tidak untuk bioskop-bioskop yang berada di kota kecil. Biasanya, bioskop-bioskop di kota kecil itu lebih dominan menayangkan film-film horor Indonesia yang dianggap murahan. Depok dan Bogor dapat dijadikan contoh kasus. Di kedua kota kecil itu, ada bioskop yang sangat jarang menayangkan film-film asing. Mereka lebih banyak menayangkan film-film nasional, dan penontonnya cukup membludak, khususnya hari libur. Penontonnya pun didominasi oleh anak-anak ABG. Demikian yang pernah saya amati. Kerugian terbesar justru berada di pihak MPA. Kebijakan mereka itu taklah akan lama. Bahkan Pemerintah Amerika Serikat akan sangat menaruh perhatian untuk hal ini. Mengapa demikian? Media film yang mereka produksi lewat Hollywood merupakan salah satu alat propaganda Amerika Serikat yang paling ampuh, khususnya di negara-negara berkembang dan bermayoritas Islam. Lewat media film pula, Amerika Serikat mampu membentuk citra positif  di seluruh dunia. Tanpa media film itu, Amerika Serikat maupun negara asing lainnya tentu akan sulit menanamkan nilai-nilai sosial budaya mereka pada negara lain seperti Indonesia. Berkat film pula, Amerika Serikat berhasil menanamkan nilai-nilai budaya kebebasan dan demokrasi pada seluruh negara-negara berkembang termasuk Indonesia di abad 21 ini. Efektivitas propaganda lewat media film memang cukup efektif dan mengena. Menurut Wikipedia, propaganda dapat disebut sebagai rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan. Umumnya isi propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu. Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda. Berdasarkan pemahaman tentang propaganda tersebut, pihak MPA tentu akan mendapat tekanan dari Pemerintah Amerika Serikat, karena seperti yang dijelaskan tadi media film masih dianggap sebagai alat propaganda yang paling ampuh bagi Amerika Serikat untuk memengaruhi penduduk dunia, khususnya negara-negara bermayoritas Islam yang makin bergolak dan muak dengan arogansi dan dominasi Amerika Serikat di negara-negara mereka. Andai pihak MPA tetap ngotot dan ngeyel terhadap keputusan mereka, bisa dipastikan propaganda Amerika Serikat akan mati di negeri tercinta ini. Apakah mereka rela? Sumber gambar: www.boston.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun