Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pengemis pun Bisa Kaya

7 Oktober 2010   09:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_281780" align="alignright" width="300" caption="Sumber gambar: http://kataberita.files.wordpress.com"][/caption] Siapa bilang pengemis itu tak bisa kaya. Tadinya sempat tak percaya juga, tapi setelah mendengar informasi dari seseorang, mau tak mau percaya juga. Sebenarnya kejadian ini sudah lama, sampai lupa waktunya kapan. Pokoknya sekitar setahun yang lalulah. Ingat dengan kejadian itu gara-gara ngelihat pengemis di perempatan pasar Ciawi-Bogor tadi pagi. Sudah 10 tahun lebih lewat perempatan itu tiap hari jadi hapal dengan muka-muka pengemis di situ. Ada satu pengemis yang selalu hadir di perempatan itu, seorang ibu dengan jalan sedikit pincang dan wajahnya berbekas penyakit cacar. Kadang dalam pikiran ini suka iseng juga mengkalkulasi pendapatan pengemis itu setiap harinya. Andai tiap pengendara mobil kasi 1000 rupiah pada si pengemis, dalam sehari dia bisa dapat 100rb kalau yang ngasi sebanyak 100 pengendara. Padahal kalau dihitung dalam sehari jumlah kendaraan yang lewat perempatan pasar Ciawi itu bisa ribuan. Dan itu baru sepersepuluhnya yang ngasi. Saya yakin, dalam sehari kerja jadi pengemis di perempatan itu, bisa ratusan kendaraan yang ngasi. Gara-gara pikiran iseng itulah saya jadi ingat dengan peristiwa sekitar setahun yang lalu tersebut. Saat itu sepulang kerja, naik kereta ekonomi dari Bogor menuju Depok. Ketika menunggu kereta berangkat, seorang anak mengemis minta uang sambil menengadahkan mukanya dengan memelas dan menggerakkan tangan kanannya ke mulut. Kasihan juga ngelihat tampang demikian, itung-itung beramal, saya kasi seribu. Anak itu pun berlalu. Tiba-tiba seorang mbak negur saya, "Mas kasi berapa anak itu?" Ditegur demikian kaget juga. "1000", jawab saya. "Seharusnya gak usah dikasi Mas", lanjut Mbak itu lagi. "Emang kenapa", tanya saya. "Anak itu tetangga saya Mas, keluarga dia punya kontrakan lumayan banyak, satu keluarga kerjaannya ngemis." jawab Mbak itu lagi ketus. Kemudian si Mbak memberitahu lagi, "Bapak yang duduk di ujung sana itu, dia bapak anak itu." Saya lirik bapak yang dia tunjuk. Bapak itu perawakan kurus, pakai celana pendek dan kaus, sambil ngerokok kretek, belum terlalu tualah. "O, ya, biarinlah, anggap aja rezeki dia", kata saya lagi. Informasi dari si Mbak buat kaget juga. Punya profesi ngemis bisa punya rumah kontrakan banyak. Herannya, kok masih ngemis juga. Dalam hati saya cuma bisa mereka-reka, "Mungkin pengen beli Jaguar kali", sambil tersenyum getir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun