Mohon tunggu...
Abdi Massa
Abdi Massa Mohon Tunggu... -

NKRI adalah Harga Mati............ Selamatkan Indonesia..........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerakan Aktvis Muda yang Berujung Pada Kepentingan Pribadi Bukan Rakyat

20 September 2011   04:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:48 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan untuk Masa depan bangsa yang lebih baik dapat diperjuangkan melalui berbagai sarana, dan tidak terkecuali melalui Politik. Artinya dalam sebuah Negara demokratis seperti Indonesia, Perubahan yang paling dianggap efektif untuk dilakukan dengan menggunakan Partai Politik. Pasalnya, Partai Politik adalah lembaga yang paling legitimate dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan yang terkait kepentingan Publik. Dalam setiap perubahan zaman, Pemuda selalu menjadi tulang punggung sebuah perubahan. Apakah perubahan ke arah yang lebih baik, atau justru sebaliknya.

Pasca tumbangnya rezim otoritarian orde baru di bawah tampuk kekuasaan soeharto atau masa reformasi. Dimana era ini, ditandai dengan iklim politik yang terbuka. Karean suara yang dulu tersumbat kini mengalir dengan lancar. Dengan kenyataan tersebut, Kaum muda memiliki peluang untuk merebut estafet kepemimpinan bangsa dan Negara melalui jalur partai politik . Maka itu, berbondong-bondonglah Aktivis Muda yang turut serta menumbangkan rezim korup soeharto ke dalam struktur kekuasaan dan memilih masuk kearena politik parktis. Tentunya aktivitasnya dilatar belakangi untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan bangsa dan Negara, sebut saja beberapa tokoh mahasiswa dan pemuda yang sudah masuk kepentas politik nasional dan lebih memilih masuk kelingkaran kekuasaan, seperti Muhaimin Iskandar (Aktivis PMII), Anas Urbaningrum (Aktivis HMI), Andi Mallarangeng (Aktivis HMI), Andi Arif (Aktivis SMID, sebelum LMND), Budiman Sudjatmiko (Aktivis dan Pendiri PRD), Deni Indarayana (Aktivis Mahasiswa Jogja, SMID) dan sederet nama lannya, yang penulis sebut sebagai Kaum Muda Politik. Mereka dengan berapi-api menyerukan untuk melawan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh pemrintah Orde Baru, Soeharto yang korup dan diktator. Selanjutnya apakah seteleh mereka masuk pada posisi yang sama, semangat yang dulu melawan korupsi tetap memebara, semangat melawan asing akan terus menyala..?, 13 tahun pasca reformasi, Apakah keberadaan Kaum Muda Politik telah ikut serta mewarnai zaman? Ataukah hanya Buih di dalam Arus Perubahan?, meminjam ungkapan Indra Jaya Piliang.

Dalam Perkembangannya, Ada sebuah ekspektasi yang tinggi dari Rakyat termasuk dari Penulis sendiri Kaum Muda Politik akan mampu untuk melakukan terobosan baru untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Pasca terpilihnya orang-orang Muda menjadi Pimpinan Partai Politik..

Tetapi dalam Konteks saat ini, Mereka yang dulu gagah berani pada pergerakan 1997 untuk turun ke jalan berdemonstrasi untuk meruntuhkan kekuasaan tirani orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Kini menjadi sebuah Ironi, Kaum Muda Politik yang seharusnya bisa menjadi lokomotif perubahan dan pencerahan bagi masa depan bangsa dan Negara yang lebih baik. Malah, Menjadi sorotan Media Massa dan Publik di tanah Air bukan karena kegigihan dan terobosannya dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Tetapi karena terjerat dalam praktik pusaran korupsi yang dulu mereka lawan dulu, kini kelompok aktivis muda tersebut tidak selantang pada saat mereka belum masuk kesistem pemerintahan, kini mereka hanya bagaikan anak macan yang ompong giginya yang tidak punya nyali dan cendrung takut bersuara lagi. Bagaimana Pun mereka adalah Representasi Anak-anak Muda yang memilih jalur Politik. Kredibilitas Kaum Muda Politik dalam Kasus korupsi yang menjerat mereka menjadi pertaruhannya.

Jawabannya, Kaum Muda Politik hanya menjadi buih dalam Arus Perubahan. Kaum Muda yang dulu ikut serta melahirkan era reformasi yang kini masuk dalam Jajaran Partai Politik dan Birokrasi, Belum mampu membawa angin perubahan yang signifikant. Mereka belum mampu membawa aura positif terhadap kelompok tua yang menjadi bagian dari persoalan bangsa yang lebih dominan. Sebaliknya yang terjadi Kaum Muda Politik Justru terbawa Arus dalam pusaran Korupsi dan menjadi bagian dari inti masalah bangsa dan Negara.

Semua ini terjadi disebabkan, Idealisme, orientasi dan komitmen perjuangan telah melenceng. Artinya Berpolitik bukan sebagai alat perjuangan untuk menegakkan kebenarann dan memperjuangkan kepentingan rakyat, tetapi hanya menjadi sarana untuk meraih kekuasaan semata dan meraih kekayaan materi.

Empuknya Kekuasaan, Hedonistik, kekayaan yang melimpah terbukti mampu telah merontokkan Idealisme, Semangat Juang, Komitmen, dan orientasi perjuangan, yang dulu mereka miliki ketika Mahasiswa. Sehingga mereka menjadi gelap Mata menghalalkan segala cara untuk memanfaatkan Amanah yang diberikan kepada mereka untuk kepentingan Pribadi, kelompok dan krooni-kroninya.

Apakah dengan Kondisi tersebut, Rakyat akan masih memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap para aktivis muda saat ini yang juga selalu mendengung-dengungkan keritikan tajam terahadap pemerintah yang ada, untuk bisa melakukan pencerahan dan perubahan bangsa kearah yang lebih baik. Rakyat pasti sudah jenuh dan tidak yakin lagi. karena semua itu hanya jembatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun