Mohon tunggu...
Muhammad Abdillah
Muhammad Abdillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir

خير الناس انفعهم للناس

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Permusuhan Berakhir Menjadi Persaudaraan Demi Wabah Corona

27 Maret 2020   13:12 Diperbarui: 27 Maret 2020   19:14 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 "Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Mumtahanah:7)

Menurut Tafsir Ibnu Katsir:

Allah yang Maha Tinggi mengatakan kepada para hambanya yang beriman, setelah Diperintahkannya mereka permusuhan dengan orang-orang kafir.

Menurut Ibnu Katsir Adalah (Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka) cinta setelah kebencian, kasih sayang setelah benci, dan kasih sayang setelah bercerai-berai.

Ayat ini berkaitan dengan kisah Nabi Muhammad SAW membantu seorang nenek tua yang buta di salah satu sudut di dekat pintu kota Madinah menjadi tempat seorang nenek buta yang mengemis.

Dia memiliki kepercayaan Yahudi. Setiap kali ada orang yang mendekatinya, dia selalu berpesan, "Jangan pernah engkau dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, dan tukang sihir."

Rasulullah Muhammad SAW yang gemar mendatanginya. Bukan untuk menghardiknya. Nabi SAW justru rajin datang kepadanya dengan menenteng makanan. Tanpa berbicara sepatah kata apapun beliau duduk disamping nenek itu. 

Rasulullah pun meminta izin kepada nenek tersebut untuk menyuapi nya dengan suapan kasih sayang. Hal ini Nabi rutin setiap hari memberikan. Setelah Nabi wafat pekerjaan ini digantikan oleh Sayyidina Abdullah Bin Abi Quhafah (Abu Bakar Ash-Sidiq), ketika Abdullah menemui nenek tersebut seraya mengucapkan salam dan meminta izin meyuapinya, nenek itu bertanya "siapa kamu?"

Abdullah menjawab "aku ini orang yang biasa menyuapimu".

Jawab si nenek dengan kesal "Bukan! engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," teriak si pengemis lagi, "Jikalau benar kamu adalah dia, maka tidak susah aku mengunyah makanan di mulutku. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu dengan mulutnya sendiri. Barulah kemudian dia menyuapiku dengan itu."

Abdullah tak tahan deraian air mata "Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, Abu Bakar. Orang mulia itu telah tiada. Dia adalah Rasulullah Muhammad SAW."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun