Permasalahan DBD
Dengue Haemaorrhagic Fever (DHF) atau yang lebih dikenal dengan demam berdarah, merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang cenderung semakin luas penyebarannya. DHF dilaporkan pertama kali terjadi pada tahun 1930, pada saat prajurit-prajurit Jepang dan Uni Sovyet di sebelah timur perbatasan Siberia tepatnya di Manchuria, menderita demam yang disertai pendarahan dengan angka kematian yang tinggi. Sejak itu penyakit ini merupakan endemi hampir di seluruh dunia. Penelitian terbaru menyatakan bahwa antara 50 hingga 100 juta orang di dunia terserang penyakit ini setiap tahunnya. Di Indonesia kasus DHF pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968, sejak itu penyebarannya terjadi di berbagai di daerah Indonesia. Â Sejak tahun 1995, Lebih dari 20 propinsi telah melaporkan berjangkitnya DHF atau kita biasa menyebutnya dengan DBD.
Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan nyamuk Aedes sebagai agen penularnya. Nyamuk ini tersebar luas diseluruh pelosok tanah air, kecuali daerah yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Â Virus Dengue membutuhkan vektor untuk dapat berkembang biak dan menular ke individu lainnya. Sampai saat ini telah diketahui beberapa nyamuk sebagai vektor dengue, yaitu Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes polynesiensis. Namur demikian umumnya nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama terjadinya DBD di Indonesia.
Percobaan di laboraturium telah membuktikan bahwa Aedes aegypti menjadi vektor utama di wilayah Indonesia terutama di daerah perkotaan. Aedes aegypti hampir selalu menggigit dalam rumah, proses penggigitannya berlangsung pada siang hari dan dilakukan oleh nyamuk betina. Aedes albopictus sering terdapat di daerah-daerah pedesaan, namun tidak tertutup kemungkinan penyebarannya terjadi di perkotaan, proses penggigitannya berlangsung di luar rumah dan peranannya sangat kecil dalam penyebaran DBD bila dibandingkan dengan Aedes aegypti.
Para ahli berpendapat bahwa Aedes aegypti berasal dari Afrika, terutama di Ethophia. Penyebaran Aedes aegypti di perkotaan dapat terjadi karena peningkatan pembangunan gedung-gedung bertingkat, rumah susun, padatnya perumahan, kolam renang, perkantoran, kepadatan lalu lintas dan penduduk, sehingga dapat memungkinkan berjangkitnya demam berdarah. Hal ini dikarenakan ventilasi lingkungan tersebut  kurang bagus, maka kesempatan berkembang nyamuk menjadi lebih besar. Nyamuk ini dapat terbang tanpa henti hingga 4 jam dengan rata-rata jarak tempuhnya adalah 1-2 km per jam. Dalam penelitian lain ditambahkan bahwa nyamuk ini dalam sekali perjalanannya dapat terbang menempuh jarak 5 km.
Nyamuk Aedes aegypti dapat bersifat antrofilik (sangat senang terhadap manusia) dan penggigitannya dilakukan oleh nyamuk betina, sedangkan nyamuk jantan walau juga tertarik pada manusia, tetapi tidak menggigit untuk mendapatkan darah. Nyamuk jantan yang biasanya hanya berumur seminggu ini hidup dengan mengisap nektar. Nyamuk Aedes aegypti betina biasanya bertelur di atas permukaan air. Jumlah telur yang dikeluarkan dalam sekali bertelur antara 100-300 butir dengan rata-ratanya 150 butir. Nyamuk ini dapat bertelur 10-100 kali dalam jarak 4-5 hari pada temperatur air yang bersuhu 25-30 derajat Celsius. Air yang jernih dan terlindung dari cahaya matahari merupakan tempat yang disenangi  untuk melakukan perkembangbiakan.
Larva Aedes aegypti pada umumnya ditemukan di tempat penampungan air yang kurang diperhatikan seperti drum, tempayan, gentong dan bak mandi. Di daerah yang sumurnya berair asin atau memiliki persediaan air yang terbatas seperti daerah pantai, dimana penduduknya menyimpan air dalam kontainer yang berukuran besar, tingkat penyebaran vektor virus dengue relatif tinggi. Tempat penyimpanan air, yang tertutup longgar lebih disukai oleh Aedes aegypti betina sebagai tempat bertelur dibandingkan dengan tempat penyimpanan air yang terbuka. Terutama apabila tutup dari tempat penyimpanan air tidak dipasang dengan baik atau sering dibuka. Secara lebih spesifik, setelah digigit oleh nyamuk yang terinfeksi, masa tunas penyakit tersebut adalah 5-8 hari yang diawali dengan gejala deman dalam jangka waktu 4-7 hari. Selain itu, masa hidup  Aedes aegypti  berkisar antara 14 sampai 31 hari.
Biasanya Ae. aegypti ini beristirahat di malam hari pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian, gorden, kelambu dan di sekeliling tempat berbiaknya. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang-ulang (multiplebiters), yaitu menggigit manusia secara bergantian dalam waktu yang singkat, hal ini disebabkan karena Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu  pada saat menggigit. Prilaku ini sangat membantu dalam penyebaran virus dengue dari satu orang ke orang lainnya .
Nyamuk Aedes albopictus merupakan penghuni asli negara timur dan merupakan salah satu spesies nyamuk Aedes yang  tersebar luas di negara barat. Aedes albopictus merupakan nyamuk yang selalu menggigit dan mengisap darah manusia sepanjang hari mulai dari pagi sampai sore. Waktu menggigit yang paling sedikit adalah pada saat tengah hari selama cuaca kering dan panas. Perbedaan saat menggigit dipengaruhi oleh intensitas cahaya.
Habitat nyamuk ini umumnya daerah-daerah hutan, sawah, kebun, dan daerah-daerah yang bersemak, penggigitan pada daerah hutan tidak begitu serius dibandingkan dengan daerah non hutan. Perkawinannya biasanya berlangsung sebelum atau sesudah mengisap darah pertama kali. Sepuluh hari sesudah nyamuk mengisap darah yang kebetulan menderita infeksi dengue, virus ini akan ditemukan dalam kelenjar ludahnya, ini diketahui sebagai penjelasan bahwa nyamuk betina dalam waktu sepuluh hari ke atas dapat menyebarkan virus Dengue.
Di Indonesia, waktu serangan demam berdarah tidak begitu jelas, namun dapat dikalkulasikan, bahwa jumlah penderita meningkat antara Bulan September dan November yang mencapai puncaknya antara Bulan Maret dan Mei. Hal ini dapat dipastikan bahwa pada bulan-bulan tersebut merupakan waktu serangan demam di Indonesia. Diketahui juga penyakit demam berdarah sering berjangkit di daerah-daerah pedesaan pada Bulan Desember.