Yusril Ihza Mahendra (tribunnews.com)
Sudah banyak orang tahu bagaimana besarnya ambisi Yusril untuk mengejar jabatan Gubernur DKI dengan menjadi bakal cagub untuk Pilgub DKI 2017. Dia pun secara terus terang menyatakan ambisinya untuk nyalon di Pilpres 2019.
Beberapa kali pernah menjadi menteri di era pemerintahan RI sebelumnya tidak membuatnya malu untuk turun kelas mengejar jabatan Gubernur DKI. Dia pun sadar bahwa elektabilitas dirinya sama jebloknya dengan elektabilitas partainya PBB sebagai partai gurem yang tidak mendapat 1 kursi pun di DPR dan DPRD.
Oleh karena itu ia tampaknya mau menggunakan segala cara untuk meningkatkan elektabilitas dirinya dan kalau bisa menurunka elektabilitas saingan utamanya yaitu bakal cagub DKI incumbent, Ahok.
Beberapa strategi yang sudah diterapkan Yusril untuk mengalahkan Ahok di antaranya adalah:
1.Strategi keryok Ahok bersama para bakal cagub lainnya. Strategi ini langsung gatot (gagal total) karena justru menimbulkan kesan takut kalah dan kemudian secara pengecut menggalang koalisi keroyokan.
2.Tampil di berbagai acara TV sambil beracting seolah-olah lebih hebat dari Ahok sambil mengatakan yakin bisa mengalahkan Ahok. Strategi yang hanya bermodalkan sesumbar ini ternyata juga tidak sukses.
3.Blusukan ke markas berbagai partai untuk meminta dukungan agar bisa nyalon di Pilgub DKI 2107. Strategi ini tampaknya justru semakin memperlihatkan kelemahan Yusril sebagai politikus yang gagal membesarkan partainya, sehingga seorang ketua umum partai seperti dirinya harus meminta-minta dukungan partai lain untuk nyalon di Pilgub 2017.
4.Blusukan ke berbagai mesjid untuk solat Jumat bersama. Tampaknya strategi ini pun akan kurang efektif karena warga hanya akan bersimpati kepada tokoh yang memang sebelumnya sering solat Jumat bersama mereka.
5.Blusukan ke pasar-pasar seperti yang pernah dilakukan Jokowi, padahal Yusril pernah meremehkan Jokowi dengan mengatakan “blusukan dan senyum-senyum tidak selesaikan masalah.” Dengan menyontek blusukan ala Jokowi ini pun tampaknya Yusril sulit mendapatkan simpati warga.
6.Memainkan isu agama di mana baru-baru ini, Yusril hadir pada acara Gema Tabligh Akbar di Yayasan Al-Riyadh, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin, 25 April 2016, yang menampilkan Mama Dedeh (Dedeh Rosidah).
Di dalam acara itulah Yusril mengatakan berdasarkan penelitian (Yusril tidak menyebutkan nama lembaga surveynya), 45 persen warga Jakarta menghendaki pemimpin muslim. "Saya insya Allah paham betul, ingin melihat Jakarta damai, lebih islami, bukan berarti tidak hormati agama lain," katanya.
Di dalam acara tsb Mama Dedeh mengingatkan Yusril Ihza Mahendra agar tidak perlu banyak berjanji bila menjadi pejabat demi merayu pemilihnya (tempo.co.id).
Seperti telah dikatakan banyak orang bahwa memainkan isu agama untuk kepentinga politik sekarang ini sudah basi dan bukan jamannya lagi, karena rakyat sudah cerdas dalam memilih pemimpin secara objektif.
Apapun yang sudah dan akan dilakukan oleh Yusril tentunya bertujuan untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya agar bisa menandingi Ahok dan kemudian partai-partai yang sudah dilamarnya akan mengusungnya untuk nyalon di Pilgub DKI 2017.
Pada prinsipnya popularitas dan elektabilitas hanya akan berhasil jika seseorang memang dikenal luas oleh masyarakat dan orang tsb sekaligus mendapat simpati masyarakat.
Dalam hal popularitas, nama Yusril tidak perlu diragukan lagi. Akan tetapi di dalam hal menarik simpati masyarakat Yusril justru terhambat oleh sifatnya sendiri yang sering menimbulkan antipati masyarakat.
Gaya bicaranya yang terkesan sombong dan meremehkan orang lain adalah salah satu contoh kegagalan Yusril dalam menarik simpati masyarakat. Dapat dikatakan dalam bidang psikologi politik, kemampuan Yusril masih jeblok.
Jokowi saja pernah diremehkan Yusril dengan mengatakan: “Jangan mengelola Negara seperti mengelola warung.” Yusril tidak sadar kalau saat ini partai yang didirikannya itu bagaikan warung yang tidak laku, dan itu menunjukkan kalau kualitas management partainya masih lebih buruk daripada management warung.
Tampaknya kelebihan Yusril satu-satunya jika dibandingkan dengan Ahok hanyalah dalam bidang hukum yang memang menjadi andalannya sebagai seorang pengacara.
Karena itu saat ini dalam perkara-perkara hukum yang melibatkan Pemprov DKI, Yusril turun tangan sebagai kuasa hukum pihak yang bersengketa dengan Pemprov DKI. Berikut ini adalah perkara-perkara hukum yang sedang ditangani Yusril sebagai pengacara pihak yang bersengketa dengan Pemprov DKI:
1.Bantargebang
Pengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, PT Godang Tua Jaya (GTJ) dan PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI), dituding oleh pemerintah wanprestasi.
Pemerintah berencana melakukan pemutusan kontrak kerja. Karena tak mau terus ditekan, pengelola Bantargebang pun menunjuk Yusril sebagai kuasa hukum.
2.Bidaracina
Warga Bidaracina melakukan gugatan kepada Pemprov DKI Jakarta ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) lewat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Partai Yusril, Partai Bulan Bintang (PBB).
Gugatan warga Bidaracina tsb terkait dengan kebijakan Pemprov DKI Jakarta tentang penetapan lokasi untuk pembangunan sodetan Kali Ciliwung ke Kanal Banjit Timur.
3.Luar Batang
Warga Luar Batang dikabarkan menunjuk Yusril untuk menjadi kuasa hukum setelah diedarkannya surat peringatan penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta di kampung itu.
Terkait dengan sepak terjang Yusril yang begitu bersemangat membela warga Luar Batang Ahok mengatakan itu hanyalah untuk kepentingan kampanye Yusril. Sebuah tudingan yang mudah diduga oleh siapapun yang mencermati berita tentang Yusril terkait dengan Pilgub DKI 2107.
Sambil menyelam minum air. Sambil membela warga yang bersengketa dengan Pemprov DKI, Yusril mau meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya untuk nyalon di Pilgub 2017.
Itu sih syah-syah saja. Tapi jangan lupa bahwa popularitas dan elektabilitas hanya bisa meningkat jika mendapat simpati masyarakat luas. Simpati masyarakat tidak akan bisa didapat dengan sesumbar.
Sudah berkali-kali Yusril sesumbar bahwa dia tidak takut berhadapan dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di pengadilan dan ia yakin perkara yang ia bela melawan Pemprov DKI Jakarta PASTI MENANG.
Nah, mari kita cermati apakah serangan Yusril terhadap Ahok lewat jalur hukum itu dengan disertai sesumbar pasti menang itu bisa meningkatkan elektabilitasnya untuk nyalon di Pilgub DKI 2017 ? Yang jelas di dalam dunia politik, hanya tokoh popular yang mendapat simpati masyarakat luas yang bisa meningkatkan elektabilitasnya.
Sumber ada di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H