Adakah manusia yang sempurna di dunia ini? Pada derajad tertentu, manusia itu seperti apa yang dikatakan filsuf Cicero dalam teorinya bahwa manusia makhluk yang sangat rapuh.Â
Atau seperti apa yang dikatakan Neil Miller dalam teori sosial bahwa manusia ditakdirkan dalam kondisi keluh kesah. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk "khoto wanisyian", tempat salah dan lupa. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
Adakah diantara kita yang terlahir ke dalam dunia ini tidak pernah membuat kesalahan? Tentu jawabannya tidak, tidak, dan tidak.
Dalam keterbatasan ini, manusia adalah makluk yang mengetahui bahwa ia tidak tahu apa-apa. Setidaknya demikian ditegaskan Plato. Bahkan murid Plato: Aristoteles, pernah bertanya: mungkinkah ketidaktahuan itu mengetahui?
Nah, mari berefleksi. Jika demikian adanya, pantaskah kita menghakimi kekurangan sesama kita?
Dalam catatan Injil Yohanes 8:7, demi membela seorang perempuan yang dihakimi oleh sekelompok orang, Sang Guru Agung pernah bertanya: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Kemudian Ia membungkuk pula dan menulis apa yang baru dikatakan-Nya tadi di tanah.
Suasana pun hening. Tidak ada kasak kusuk disitu, tidak ada yang melemparkan batu. Bahkan mereka mulai pergi seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Sang Guru dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Lalu Sang Guru itu bangkit berdiri dan berkata kepada perempuan itu: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
Jawabnya, "Tidak ada, Tuan."
Lalu kata Sang Guru itu: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."