Mohon tunggu...
gyans hadi
gyans hadi Mohon Tunggu... -

Menyukai untaian kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bak Dendalion

8 Januari 2019   08:55 Diperbarui: 8 Januari 2019   17:08 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             ilustrasi:pixabay.Com



kau yang mampu membuat air mataku mengalir begitu saja,seketika hadirmu merubah temaram langit ku,menghias nya dengan kerlip bintang yg timbul tenggelam.


layaknya sebuah pelangi yg nampak memukau,saat ku bosan menunggu hujan yang tak kunjung reda


namun seketika kau pergi Meni ggalkan janji yang belum kau tepati,menyisakan rasa perih di ulu hati saat senyumanmu kini tak lagi kudapati,menghadirkan berjuta tanya di mana cinta itu berada


Kini kaulah kerinduan itu..,rasa yg menyiksa dalam dada menerbangkan jiwa yang kembali mengembara


kenangan tentangmu akan ku kubur dalam,saat mentari tenggelam,tak kan ku ingat kembali ,untuk cerita cinta yg menyayat hati,


Bak dendalion di sapu angin senja,mengurai terbangkan tiap helai keping bunga,meninggalkan kelopak dalam genggaman.



Abdhi,8~01~2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun