Apa itu Feminisme?
Feminisme adalah gerakan sosial dan politik yang mengutamakan hak-hak perempuan serta bertujuan mencapai kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan. Meski konsep ini mengalami evolusi sepanjang sejarah, pandangan masyarakat sangat beragam. Sebagian melihatnya sebagai keharusan untuk mengatasi ketidaksetaraan dan mendukung pemberdayaan perempuan, namun ada yang skeptis atau bahkan menentangnya. Ada yang menganggap gerakan feminis sebagai katalisator perubahan positif, menyadari bahwa kesetaraan gender memberi manfaat pada seluruh masyarakat. Meskipun demikian, pandangan yang masih meletakkan norma-norma patriarki sebagai sesuatu yang diterima umum masih ada. Kesadaran akan peran gender dan pentingnya kesetaraan semakin meningkat, tetapi tantangan dan resistensi terhadap gerakan feminis masih ada dalam lapisan masyarakat. Beberapa orang merangkul feminisme sebagai alat untuk menciptakan perubahan positif, sementara yang lain memerlukan diskusi dan dialog lebih mendalam untuk memahami urgensi perjuangan kesetaraan gender dalam membentuk masyarakat yang lebih adil dan inklusif.
Apa "sebenarnya" arti Feminisme?
Feminisme bukan semata-mata sebuah sikap yang dapat diukur atau diformulasikan secara kasar. Lebih dari itu, feminisme menandakan sebuah rangsangan emosional---sebuah kepekaan yang mendalam terhadap ketidaksetaraan gender dan dorongan tulus untuk mencapai kesetaraan yang hakiki di seluruh bidang kehidupan. Ini merupakan perasaan keadilan yang mengakar kuat dalam pengertian bahwa setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, berhak atas hak dan potensi yang setara. Lebih dari sekadar panggilan dari luar, feminisme menjadi suatu panggilan batin yang menciptakan getaran emosional, mendorong individu untuk bersatu dalam melawan ketidaksetaraan yang terus menghambat kemajuan masyarakat. Dalam kerangka ini, feminisme bukan hanya sekadar ekspresi eksternal, tetapi juga ekspresi internal, menciptakan getaran emosional yang mendorong individu untuk bersama-sama menyelesaikan ketidaksetaraan yang terus menjadi penghambat perkembangan sosial. Dengan cara ini, feminisme menjadi suatu bentuk empati yang mendalam terhadap pengalaman perempuan, dan lebih jauh lagi, merupakan usaha sungguh-sungguh untuk membentuk dunia yang lebih adil. Ini melibatkan penerimaan dan pemahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai kesetaraan, menjadi sebuah ekspresi perasaan yang mendalam terhadap keadilan dan kebebasan.
Pemahaman tentang fenomena feminisme menjadi semakin mendalam melalui pembelajaran di Kelas Teori Komunikasi dan Postmodernisme bersama Dr. Geofakta Razali. Menurut pengamatan pribadi, fenomena ini ternyata memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap perspektif laki-laki terhadap diri mereka sendiri dalam konteks dunia modern. Salah satu pengajaran kunci yang dapat diambil dari feminisme adalah kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki. Konsep ini memicu refleksi mendalam bagi laki-laki tentang peran mereka yang secara historis diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Feminisme juga membawa perubahan dalam paradigma laki-laki terhadap pembagian tugas dan tanggung jawab di dalam rumah tangga. Kesadaran akan hak yang sama antara pasangan hidup menciptakan ruang untuk keterbukaan dan kolaborasi yang lebih besar. Tidak hanya itu, gerakan feminis juga membuka mata terhadap sejumlah tantangan yang dihadapi oleh perempuan di berbagai aspek kehidupan. Ini bukan sekadar memberikan wawasan baru, tetapi juga mendorong laki-laki untuk lebih memahami dan mendukung perubahan positif dalam mendukung kesetaraan gender.
Ada laki-laki yang merasa terdorong untuk secara aktif berpartisipasi dalam mendukung gerakan feminis. Mereka tidak hanya menjadi pendukung, tetapi juga agen perubahan yang berkontribusi pada penciptaan masyarakat yang lebih adil dan setara. Fenomena ini, pada gilirannya, membuka jalan menuju hubungan yang lebih seimbang antara laki-laki dan perempuan, di mana saling menghormati dan menghargai kebutuhan satu sama lain menjadi landasan utama.
Tentu saja, tidak semua laki-laki merespons perubahan ini dengan nyaman. Beberapa mungkin mengalami ketidaknyamanan atau bahkan rasa takut menghadapi transformasi dalam dinamika gender. Meski demikian, kunci untuk mencapai masyarakat yang lebih baik dan adil adalah melalui komunikasi terbuka dan saling mendengar. Dialog yang terbuka memainkan peran kunci dalam membentuk pemahaman bersama dan merintis jalan menuju masyarakat yang inklusif, di mana hak dan kesempatan diperlakukan sama untuk semua individu.
Abdel Radi Maghribi - Ilmu Komunikasi - Universitas Pembangunan Jaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H