Mohon tunggu...
AbDee As
AbDee As Mohon Tunggu... Wiraswasta - menulis

brain next to eyes...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Fiksi Fantasi] Bohon Langi (Kelas Jauh)

17 September 2014   20:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:25 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14109318011553529078


Kuda besi menapak jalur menuju  semesta alam keindahan tiada tara,

lebat pinus dan jati pun menyambut semangat para pecinta petualang,

panas terik membakar adrenalin menarik kepalan gas,

akar demi akar, semburan angin menghempas debu, bebatuan lepas pun tak lupuk

dengan amukannya, lengkapnya keyakinan tuk mencapai tebing demi tebing makin menjadi

keutuhan rindu sebuah perkampungan yang tak terjamah oleh para pecinta alam..

Stapak-stapak tlah menjadi salam perkenalan, sambutan hangat pun tak pernah hilang

akan keramahan seisi dusun kecil ini, terlihat akan adat dan kesopanan yang membutuhkan

sumpah  para petinggi  yang slama ini hanya menyimpan janji,

harapan kesetaraan pun tetap lekat kepada seragam kelas jauh ini,

mana pangkat kalian, mana penghargaan kalian yang sering dibanggakan,

apakah ini masih sebuah cerita dongeng buat mereka..?

Senja berdatangan meninggalkan terang untuk melupakan omong kosong belaka,

nyanyian aliran sungai pun mulai terdengar mengelilingi

perbincangan antara kelaparan dan kerinduan kami akan kelas jauh ini,

rasi bintang mulai berkumpul membentuk lampion atap langit,

sebaris ingatan kecil menyatukan alam pikiran yang terjawab penuh

halusinasi halaman bermain,

tumpukan kayu merapuh akan panasnya amukan si jago merah,

hangat tubuh pun menjadi selimut kedinginan pecahan otak kiri,

keheningan mengajarkan gemuk kurus, hitam putih, tinggi pendek,

dimana semuanya terasa sama tanpa perbedaan kasta..

Denyut nadi terus bertanya disetiap persendian,

apakah dirinya masih berfungsi

untuk hijau yang terjaga dan terawat oleh tangan-tangan para penyabar ini..?

ketakutan halus semakin menjauh karena kekuatan setiap kata menemaninya,

sebuah tenda berdiri  terlihat menanti mengantarkan kami pada pembaringan,

warna warni pun mulai menghibur dalam kelompoknya hingga masing-masing

mencari tempat peristirahatannya,

kunang-kunang  pun menjadi pelengkap saksi disetiap sudut cerita mimpi kami,

maaf malam kami menidurimu dengan cinta alam semesta…

stasiun tembok putih, 14170914 / 04.07

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun