Petani adalah mereka yang bukan orang kantoran. Tapi semangat dan kedisiplinannya melebihi dari semua. Dari meraka juga, kita bisa hidup
Memasuki akhir tahun 2020 ini, produksi hasil pertanian di Kediri, Provinsi Jawa Timur, sangat memprihatinkan.
Memprihatinkan karena adanya hama tikus yang menyerang tanaman padi milik petani. Pastinya siatuasi ini akan menjadi masalah serius untuk serumpun petani padi di reksa wilayah Kediri. Selain terancam gagal panen hingga produksi hasil taninya menurun, tentu saja.
Dalam hal ini saya ingin mencontohkan diri saya sendiri yang beberapa bulan terakhir sudah banting setir (baca: alih profesi) menjadi petani padi.
Saya banting setir bukan tanpa lasan tentu saja, lantaran beberapa bulan terakhir ini usaha saya di bidang Catering juga sepi pembeli. Ya, lagi-lagi gegara pandemi Covid-19.
Saya sendiri menekuni dunia pertanian ini dari titik nol. Pengetahuan saya seputar tanam menanam juga sangat terbatas.
Meski demikian di tengah pandemi ini, saya punya tekat yang kuat untuk tetap bertahan hidup dan mempunyai penghasilan tambahan. Selain membajak sawah, saya juga sempat menanami beberapa bibit nanas jenis madu kelud.
Motivasi dasar yang menggerakan saya menanam bibit nanas madu kelud dikarenakan melihat omset hasil penjualan sangat besar. Selebihnya, karena permintaan buah ini dipasaran begitu tinggi.
Untuk diketahui saat ini harga buah nanas madu kelud mencapai Rp20.000 per buah. Tentu peluang ini sangat menggiurkan, tentu saja.
Sejauh ini saya sudah menyiapkan sekurangnya bidang tanah seluas 100m untuk ditanami buah nanas. Dari lahan tersebut bisa ditanami sekitar 6.000 tancap tunas nanas. Jika misalnya di kalkulasi dari 6.000 pohon x Rp20.000/buah= 120 juta. Â Sementara untuk biaya perawatan paling banter bianyanya 25 juta rupiah. Sehingga taksiran saya keuntungan bersihnya bisa mencapai 95 juta rupiah.