Naskah menggantang di awang awang
Tercurah bagai hujan di pebruari membentang
Hinggap bersemayam di jiwa mendobrak bertubi tubi
Berontak di dada menjejak dinding dindingnya
Mendekam sebagai dendam kesumat banjir bandang melumat kalbu
Mengaum menggantang reka perintahkan tanganku memprasastikan teguran
Tertoreh dalam tinta pekat mengeja ke wajah bumi
Terlukislah kaligrafi berlirik budi
Tersenyum aku
Mengembang dadaku
Bangga rasaku
Itukan puisi Tuhan
Mendesah merintih dalam alunan nafas nafas tanganku
Itu puisi-Mu wahai Tuhan tengah aku goreskan
Tuhan menghardik tangkanku gemetar
Tuhan tersenyum tanganku bersenandung
Tuhan menangis tanganku histeris
Tuhan hembuskan angin sepoi
Tanganku menari gemulai
Berjingkat jingkat langkah jemari menenun kata merajut puisi
Itu puisi Tuhan
Itu puisi Tuhan ...
Teriakku lantang pekakkan telinga langit
Suara menghalilintar melecut menimpa bumi lagi hidup
Samudra terbelah muntahkan kemurtadan
Gunung menjulang hancur bertunggang langgang kembang kempis ketakutan
Nafas tanganku mengamuk berarus puting beliung tanpa peduli siapa manusia
Jariku tajam berbelati
Juga lembut gemulai berbalet menari
Saat itu aku tak berkuasa atas nafas tanganku
Karena nafas tanganku sedang melukis puisi Tuhan
Kediri, 06 November 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyaj
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H