Dan, dalam hati aku berkata "Kenapa pertanyaan seperti ini yang muncul? Apakah ini adalah sebuah tanda akan adanya ruang baru untuk kita bicara lebih terbuka lagi?"
Tanyamu hanya kurespon dengan senyuman. Walau, aku tahu kau menguji keberanianku sebagai seorang pemuja setia. Namun, perlu kau ketahui
"Aku bukan orang yang mudah terpancing di setiap bahasa rayuan. Aku tak merasa perlu menjawab dengan terang, kalau tanyamu sebatas menguji kejujuran. Dan, nada hatiku akan sepekat dengan pendirianku. Sebab, kita baru beberapa kali disatukan oleh ruang dan waktu."
Jika, ada sapa yang sudah kau agendakan, maka kuharap kau lebih memilih mempertimbangkan matang-matang. Aku tak mau, jika harapan besar datang terlalu cepat sampai merayu kita untuk menyepakati kesepakatan. Tapi, ada luka yang siap menanti untuk memberi garis pisah. Kalau, kita tak direstui oleh semesta.
Hadirmu akan menjawab rindu, kalau nuranimu tak bersebrangan dengan logikamu. Sebab, kita hanya ingin menjadi sepasang rasa yang memupuk asa. Biar, kau dan aku selalu abadi dalam setiap cerita yang tertuang pada karya. Atau kau ingin imajinasi tumbuh menjadi nyata. Ialah kita harus mengakui.
Hanya menunggu siapa yang mengajak untuk berkata tentang niat hati. Tapi, bibir tidak berani mengungkap.
Ingat!!!
Kediri, 04 November 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H