Tanggal 9 desember 2015 bisa jadi akan menjadi hari pesta demokrasi terbesar kedua di Indonesia. KPU telah menetapkan tanggal tersebut sebagai hari pelaksanaan pilihan kepala daerah(pilkada) serentak di Indonesia. Pilkada serentak yang akan digelar akhir tahun ini menjadi ajang penyaluran aspirasi masyarakat sekaligus pembuktian bahwa demokrasi yang ada di indonesia masih berdiri tegak. Bagaimana tidak, sebelumnya sempat ada simpang siur kabar tentang adanya rencana pemilihan kepala daerah secara tidak langsung yang membuat geger masyarakat luas. Kabar itu pun memantik respon negatif dari berbagai kalangan. Jika pilkada tidak langsung itu benar-benar terjadi, jelas itu akan mencederai demokrasi Indonesia. Partisipasi masyarakat akan semakin menurun dan transparansi birokrasi akan semakin buram. Namun, masyarakat Indonesia bisa bernafas lega karena hal tersebut urung direalisasikan.
Pilkada langsung yang tetap berlaku di Indonesia dapat dikatakan sebagai berkah bagi masyarakat Indonesia. Mengapa penulis berpendapat demikian?. Hal itu karena masyarakat indonesia tetap bisa menjalankan fungsinya dengan baik sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Bandingkan dengan negara yang tidak memakai sistem demokrasi. Sebagai contoh negara Korea Utara dan China. Masyarakat di kedua negara tersebut sangat dibatasi hak-hak politiknya oleh pemerintah. Bahkan lebih dari itu, ekonomi mereka juga diatur oleh pemerintahnya. Di Korea Utara pejabat pemerintah yang tidak sependapat dan berani mengkritik presiden maka akan di hukum mati. Sedangkan China sangat membatasi warganya dalam hal komunikasi, terutama internet. China juga membuat search engine dan media sosial sendiri, sehingga akses internet keluar negaranya juga sulit. Sekali lagi, dengan adanya pilkada langsung ini, masyarakat bisa menyalurkan aspirasinya dengan mudah. Hal ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Namun, pertanyaan yang paling penting adalah apakah masyarakat indonesia sudah siap dan apakah kontribusinya akan maksimal pada pilkada serentak 9 desember 2015 nanti?
Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan masyarakat dalam menyambut pilkada serentak nanti sehingga bisa menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, masyarakat harus aktif  mengikuti berbagai sosialisasi tentang pilkada yang dilaksanakan oleh KPU maupun partai politik. Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dan mendasar untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan pilkada. Banyak kasus tentang sedikitnya partisipasi masyarakat dalam pemilu disebabkan oleh tidak tahunya atau kurangnya informasi yang dimiliki masyarakat terkait dengan sistem dan teknis dari pemilu.
Kedua, mencari informasi dari masing-masing paslon kepala daerah yang mencalonkan diri di daerahnya. Pengetahuan masyarakat tentang biodata dari calon kepala daerahnya dapat membantu menentukan pilihan pada waktu pencoblosan. Dengan mengetahui curriculum vitae setiap paslon, di harapkan masyarakat dapat memilih calon yang benar-benar baik dan mumpuni untuk memimpin daerahnya. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang peduli dengan calon di daerahnya.
Ketiga, datang ke masing-masing TPS yang telah ditentukan dan turut serta dalam melakukan pencoblosan. Ini merupakan tindakan yang penting dan dapat menentukan masa depan daerahnya. Yang perlu diperhatikan adalah ketika melakukan pencoblosan harus ingat dan mengikuti peraturan-peraturan yang telah disosialisasikan KPU. Hal ini untuk menghindari dan meminimalisir adanya surat suara yang tidak sah karena kesalahan dalam mencoblos. Jika kesalahan tersebut dapat dihindari maka hasil dari pilkada juga akan semakin kredibel.
Keempat, setelah melakukan pencoblosan maka ajak dan lakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat lain yang belum melakukan pencoblosan. Pendekatan yang digunakan bisa melalui berbagai cara, misalnya bisa membuat pawai bertemakan pilkada sehingga masyarakat yang pada awalnya apatis terhadap jalannya pilkada menjadi tertarik dan ikut mencoblos. Cara ini bisa lebih efektif karena merupakan inisiatif dari masyarakat sehingga pelaksanaannya pun didasari dengan rasa sukarela. Dengan ini tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada akan naik.
Kelima, masyarakat harus turut serta mengawal jalannya pilkada. Pengawalan yang dimaksud bisa dilakukan dalam berbagai bentuk. Masyarakat bisa melakukan penjagaan terhadap kotak dan surat suara untuk menghindari kecurangan dan menjadi saksi penghitungan suara. Semakin baik pengawalannya maka semakin terpercaya hasil penghitungannya. Selain itu, pengawalan yang dilakukan masyarakat ini juga akan memudahkan tugas panwaslu dalam melakukan pengawasan.
Keenam, ketika mengetahui dan melihat adanya indikasi terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan pilkada, maka masyarakat harus segera melaporkannya ke bawaslu. Politik uang, kampanye hitam, dan serangan fajar merupakan pelanggaran dalam pilkada yang harus selalu diwaspadai. Kecurangan yang sering tidak terdeteksi adalah adanya pelanggaran pemasangan dan penyebaran alat peraga kampanye. Untuk mengatasi hal tersebut, masyarakat harus memahami peraturan KPU tentang teknis dari pelaksanaan kampanye dan pilkada yang baik. Pemahaman masyarakat tersebut akan membantu mengurangi kecurangan dalam pelaksanaan pilkada.
Dan yang ketujuh, masyarakat harus saling menghormati sehingga tercipta suasana pilkada yang aman dan kondusif. Pergesekan antar massa pendukung masing-masing calon kepala daerah harus dicegah bersama-sama. Masalah ini menjadi penting untuk diperhatikan karena dengan adanya atmosfir pilkada yang kondusif, maka hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan bangsa yang sangat menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan kekeluargaan meskipun banyak sekali perbedaan di dalamnya. Dengan begitu citra positif bangsa Indonesia di mata dunia juga akan baik.
Dari sekian banyak strategi tersebut, semuanya berguna dan wajib dilakukan untuk menjadi masyarakat yang siap dan mampu berkontribusi maksimal pada pilkada serentak nanti. Masyarakat Indonesia harus mampu memanfaatkan momen pilkada ini untuk menyampaikan aspirasinya sehingga akan tercipta pemerintahan daerah yang baik, bersih, dan jujur. Namun, jika tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka akan sangat merugikan masyarakat itu sendiri. Karena hidup itu pilihan, maka semuanya tergantung dari masyarakatnya, apakah mereka memilih menjadi agen politik yang baik dan melakukan perubahan yang baik pula ataukah memilih berdiam diri dan bersikap apatis terhadap pilkada serentak nanti sehingga mencederai demokrasi bangsanya sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H