Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI) akhir-akhir ini mulai dibicarakan banyak pihak. Dari kaum elit, pemerintah dan anggotanya sendiri. Pasalnya, beberapa waktu lalu terselenggaranya Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya yang dianggap tidak sah dan dianggap ilegal.Â
Diketahui, ada dua kubu yang akhir-akhir ini bersitegang yakni kubu Prof. Unifa Rasyidi dan H. Teguh Sumarno. Â Keduanya, mempunyai alibi yang kuat dan sama-sama mempertahankan argumentasi masing-masing. Dan akhirnya, membuat seluruh anggota dan pengurus dari tingkat bawah mulai resah dan galau. Kekawatiran itu, disebabkan oleh pernyataan yang menyudutkan pengurus yang dibekukan tiba-tiba. PGRI adalah organisasi profesi terbesar di Indonesia yang diakui keberadaannya. Lahirnya PGRI dimasa penjajahan adalah simbol kekuatan yang ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini.Â
Saya hanya ingin mengingatkan, agar kita semua ingat sejarah, dan ingat pendiri yang susah payah berjuang mempertaruhkan jiwa dan raga untuk mendirikan rumah kita bersama yakni PGRI. Sebagai anggota dan pengurus di akar rumput, saya sangat menyayangkan hal ini terjadi. Hidup Guru... Hidup PGRI... Solidaritas Yes!Â
Saya juga ingin protes, atas pemberitaan dan kegaduhan yang tersiar di media akhir-akhir ini. Entah itu kecerobohan, atau emosi yang memuncak sehingga gelombang pasang yang menghantam mengagetkan kita semua. Semua dibuat heboh dan alarm keretakan sudah dibunyikan. Menandakan bahwa kita sedang tidak baik-baik saja.Â
Jika harus dievaluasi, maka lakukan dengan santun dan tak perlu arogan. Jika memang sudah waktunya reorganisasi, maka lakukanlah dengan cinta damai. Jangan biarkan kapal ini tenggelam dan karam. Saya yakin masih ada orang yang baik dan mumpuni. Pemimpin yang amanah dan tidak mementingkan kepentingan pribadi dan golongannya saja. Akan tetapi, pemimpin yang cinta  dan sayang pada anggotanya dan siap dengan jiwa dan raga  menjaga rumah yang kita cintai ini.Â
Saya berharap tulisan saya ini sampai pada mereka. Dan mulai menjelaskan kepada saya dan semua orang yang tidak terlalu detail tahu sebenarnya apa yang telah terjadi pada rumah yang kami cintai ini. Apa yang terjadi pada mereka yang secara tidak sadar melukai kita semua. Saya cuma mengingatkan, ini sudah masuk pada tahun politik, jangan sampai rumah kita diaduk-aduk oleh mereka yang punya kepentingan. Ayolah bangkit dan solidkan kembali.Â
Diakhir tulisan ini, saya berharap ada solusi konkret yang humanis dan bijaksana. kita adalah keluarga. Kembalikan citra dan marwah PGRI. Saya yakin kita bisa kembali rujuk dan bergandengan tangan lagi. Kasihani mereka yang betul-betul tulus mengabdikan diri untuk rumah yang sangat kita cintai ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H