Mohon tunggu...
Abd Rahman
Abd Rahman Mohon Tunggu... Guru - Sebagai Guru di Sekolah Dasar

Saya biasa dipanggil Rahmanesto, saya aktif diberbagai komunitas sosial, pendidikan dan kepemudaan. saya suka menulis berita, opini dan puisi. suka dengan perubahan dan kemajuan, terbuka untuk semua kalangan, suka diskusi dan hobi bersepeda, kulineran dan nonton musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biarkan Semuanya Mengalir dengan Takdir

24 Januari 2023   20:40 Diperbarui: 24 Januari 2023   21:02 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumen Poto Pribadi) 

Kehidupan ini terkadang tak bisa kita tebak. Semakin kita kejar kadang semakin menjauh. Keinginan terlalu tinggi hingga lupa kalau di depan ada jurang terjal dan kerikil yang membuat kita akan terjatuh. Kita dibuat terlena, hingga kita ceroboh dan ambisi membutakan mata. Dunia yang fana ini selalu menyajikan harapan dan membuat kita larut dalam mimpi. 

Semua orang berlomba-lomba mengejar kekuasaan, jabatan, harta dan tahta yang selalu menjadi perantara persoalan datang menghampiri kita. Kedamaian mulai menjauh, ketenangan lambat laun mulai enggan menemani kita. Rasa waswas datang dan kehidupan kita mulai berubah seiring waktu. 

Hal itu nyata terjadi dalam kehidupan kita. Egoisme, hasrat memiliki dan strategi yang menjatuhkan lawan. Dan kita selalu dibuai dengan kepalsuan duniawi yang menjanjikan. Meskipun, terkadang banyak hal yang kita korbankan demi memuaskan kenikmatan yang sesaat. Semua berpikir jika dunia ini adalah gelanggang pertarungan yang harus selalu kita menangkan. Dan kita terpuaskan dengan menertawakan mereka yang telah kita kalahkan. 

Mungkin ini curhatan, mungkin juga ini adalah sebagian yang saya rasakan. Kita pernah diperlakukan tidak adil oleh keadaan. Dan kita dikhianati demi sebuah pengakuan. Meskipun lawan kita adalah teman yang telah lama kita kenal dan hidup bersama saat dimasa sulit. Inilah hidup dan kita tak bisa menolak takdir yang telah datang bertamu pada kita. 

Dari pengalaman dan kejadian tersebut, saya mulai sadar dan mulai berpikir bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur dan kita hanya menjadi perantara untuk bisa sabar menuju takdir yang telah Tuhan tetapkan. Belajar memahami dan belajar untuk menerima apa yang telah Tuhan gariskan untuk diri kita. Apa yang kita kejar jika belum waktunya terkadang tak bisa kita raih. Begitupun, dengan nikmat yang telah Tuhan berikan namun terkadang kitalah yang selalu lupa untuk bersyukur. 

Belajarlah dari kesalahan, mungkin Tuhan masih sayang pada kita sehingga kita lambat laun diingatkan untuk tidak terlalu memikirkan dunia yang hanya panggung sandiwara. Biarlah Tuhan yang akan menunjukkan jalan yang terbaik bagi kehidupan kita dengan takdirnya. Namun, kita diwajibkan berusaha semampu kita dan sesuai dengan apa yang kita miliki. Sayangilah orang-orang yang tulus mencintai kita dan menerima kehadiran kita apa adanya. Semoga bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun