Mohon tunggu...
Abd Rahman
Abd Rahman Mohon Tunggu... Guru - Sebagai Guru di Sekolah Dasar

Saya biasa dipanggil Rahmanesto, saya aktif diberbagai komunitas sosial, pendidikan dan kepemudaan. saya suka menulis berita, opini dan puisi. suka dengan perubahan dan kemajuan, terbuka untuk semua kalangan, suka diskusi dan hobi bersepeda, kulineran dan nonton musik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sam dan Pentol Bakar Yang Hilang

29 Desember 2022   08:44 Diperbarui: 29 Desember 2022   10:07 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumen Poto- Pribadi). 

Mendung menyelimuti pelataran rumah kecil di pinggiran kota.Kilatan petir membuka tabir keraguan di pagi hari. Hujan mulai turun perlahan menghiasi pemandangan sekeliling jalan yang tampak dikejauhan. Cuaca semakin memburuk, suara air yang turun semakin nyaring terdengar. Tiba-tiba saja, ada tiga orang  anak kecil berlari menghampiri Sam yang duduk termangu diteras rumah. 

"Sam, main hujan yuuk! "teriak tiga orang anak itu sambil mendekat. Lalu, Sam menjawab" Gak, takut dimarahi emak" sahut Sam pada temannya, yang ternyata si Udin, Zaki dan Malik. 

" Cuma bentar kok, kita cuma beli pentol bakar saja."kata Udin  membujuk  Sam. "Bener yah? "jawab, Sam. 

" Ibuku masih di pasar, belum pulang "kata Sam pada yang lain. 

"Ayo Sam, cuma bentar kok!"kata Zaki. "Baiklah aku ikut" jawab Sam, yang akhirnya luluh dibujuk temannya. 

Akhirnya, mereka hujan-hujanan, meninggalkan rumah Sam. Mereka menuju warung Bu Suma yang biasa menjual pentol bakar. Bu Suma adalah penjual pentol bakar yang terkenal di kampung petani garam Madura.Bu Suma adalah penjual pentol bakar pertama di Pinggir Papas, sebuah desa yang terletak di sebelah selatan kota Sumenep. 

" Ke'rangke' kokoningan nemmo sello' ma' elang pole, sareagi ajem pote, ayo sareagi, tajirit nikkong. 

" Sampan parao, tabuk lapar tadek tao.Ha..ha.."(sambil berlari Sam dan teman temannya menyanyikan lagu Madura).

Suasana semakin ramai, dan mereka bahagia menikmati tetesan air yang mengguyur tubuhnya. Dan mereka sampai, diwarung Bu Suma. 

"Pangapora, Mak Suma"kata anak-anak. "Iye nak,mellea apa ye? "jawab Bu Suma. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun