"Aku 'hanya' pengrajin trompet!"
"Aku 'hanya' penjual jamu keliling!"
"Aku ... aku dan aku pengusaha kecil yang lemah!"
Tepis anggapan "hanya" dengan jerih payah.
H. Surahman, pengusaha Rumah Makan Sate "Rahman" di Bajawa, Ngada-Flores, memulai usahanya dari jual keliling bakso sekitar tahun 1988, lalu timbul tenggelam dengan usaha yang lain, namun akhirnya kini Beliau bisa membeli dan memiliki HOTEL KAMBERA Bajawa.
Apa yang terbesit dari hal itu?
"Ternyata peluang pasar!"
Musim terompet booming, ikuti walau harus beresiko, semua hal yang resikonya besar maka akan membawa laba yang besar pula, sepandai memanfaatkam resiko menjad sebuah senjata maka di sebut pengusaha sejati, bukan 'warisan'. ( Robert T. Kyosaki)
Hari ini 1 Januari, orang umumnya berlibur, tetapi seorang pengusaha harusnya tidak ... inilah resikonya karena di saat bersamaan tentu saja akan membawa dampak positif selama produknya sesuai selera pasar.
"Makanan misalnya" karena banyak yang tutup maka permintaan lebih besar dari produksi maka mendorong harga beli meningkat dan ke untungan pun berlipat.
Membaca pasar itulah trik usaha kecil yang notabene usaha yang paling kuat dan tahan terhadap krisis karena resiko dan modal yang kecil, tapi ingat!
"Yang besar ada karena dari kecil!"
Good Job!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H