terlena; alpanya hati
kembali berdebu-debu menduli kaki-kaki telanjang
jika benar dicipta lebih Sempurna
Maka menekuk lutut, menciumi altar bukanlah keterpaksaan.
pada saat tepat bertelanjang diri dan baru mengingat
nikmat melarat!
Walau telah membuncah pecah, tidaklah melati terindah,
karena wanginya menggoda mata-mata telanjang
sementara kupu-kupu ke sana ke mari; selepas terkungkung renungkan diri
aku belum teringat; jika denyut-denyut berbatas janji
sebagaimana putik menitipkan harapan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!