Presiden Jokowi berencana “mempensiunkan” Sutiyoso dari jabatan Kepala BIN. Calon penggantinya adalah Jenderal “kontroversial” yang juga mantan ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri, Budi Gunawan (BG) yang saat ini masih menjabat sebagai Wakapolri. Alasan penggantian sebagaimana tersebut dalam surat bernomor R-58/Pres/09/2016 yang ditandatangani langsungoleh Jokowi sangat lah “normatif”, penyegaran dan peningkatkan kinerja BIN.
Penyegaran karena usia Bang Yos, panggilan sapaan akrab Sutiyoso sudah saat ini sudah 71 tahun, bahkan Desember akhir tahun ini genap berusia 72 tahun. Usia yang sudah sangat “sepuh” untuk memimpin sebuah lembaga negara sekelas BIN. Terkait rencana penggantian Bang Yos ke BG sempat memunculkan isu mulai dari bagi-bagi kursi agar rata, barter politik Jokowi dengan PDIP (Megawati) untuk mendukung Ahok, dan masih banyak isu miring lainnya yang berseliweran.
Isu tak sedap ini jelas langsung dibantah oleh Wapres Jusuf Kalla. Bahwa semua itu tidak ada hubunganyna, JK menjelaskan bahwa masa jeabatan BIN tidak mengenal periodisasi, kapan pun Presiden bisa mengganti dengan yang lain, karena ini merupakan hak prerogratif presiden. ”Ini sesuai dengan pertimbangan pak presiden bahwa ini perlu diganti dan tidak perlu diganti. Ini termasuk hak prerogatif presiden,” ujar JK.
Salah satu yang dijadikan pertimbangan untuk penggantian Bang Yos adalah karena yang bersangkutan akan genap berusia 72 tahun pada 6 Desember itu sehingga dianggap sudah “out of date” untuk tetap memimpin BIN. Tapi tahukah Anda bahwa saat Pak JK nyawapres pada tahun 2014 yang lalu sudah berusia 72 tahun sama seperti Bang Yos saat ini. Tapi kala itu JK tidak ada yang mempermasalahkan, tidak ada istilah “out ofdate” segala. Nyatanya sekarang di usianya yang sudah 74 JK juga masih tetap "enerjik" menjadi Wapres mendampingiJokowi.
Jadi apa masalahnya dengan Bang Yos? Apalagi kalau bukan masalah politik, Bang Yos diduga menjadi korban “perselingkuhan” politik tingkat nasional. Sebagai sosok yang tidak memiliki posisi tawar tinggi, karena tidak punya parta besar, terpaksalah Bang Yos harus mau mengalah. Coba, kalau Bang Yos punya partai besar seperti Hanura, mungkin belum tentu dilengser. Atau jika beliau dilengser setelah Pilgub DKI 2017 nanti, kemungkinan isu yang berkembang tidak “semiring” seperti sekarang ini. Betul? Hehe.. (Banyumas; 04 September 2016)
