Prabowo menghormat, Jokowi membungkuk, damainya Indonesia (foto;detiknews)
Sehari jelang Pelantikan Presiden (terpilih) Jokowi, suasana politik yang sebelumnya panas, terlebih dengan adanya beberapa insiden perebutan kekuasaan di Senayan, kini telah mencair dan suhunya sudah turun normal kembali. Hal itu tidak lepas dari kelihaian Jokowi dalam melakukan trik-trik untuk mengatasi ketegangan politik, dan juga “kerelaan” Prabowo untuk bersama-sama menurunkan tensi politk nasional dari fase hightension menujufasenormalatau lowtension.
Trik utama Jokowi megatasi ketegangan politik adalah dengan cara merendah, andhap asor, dan ngewongake pihak yang berseberangan dengannya. Hal ini berbeda dengan sikap Jusuf Kalla, yang sepertinya bersikap sebaliknya. Sebagai contoh pertama, saat masih menjabat sebagai walikota Surakarta, Jokowi bermaksud merelokasi sejmulah Pedagang Kaki Lima (PKL). Mengetahui jika hal itu dipaksakan pasti berpotensi ketegangan, karenanya kemudian Jokowi mengaka mereka makan siang, diajak ngobrol dari hati ke hati, tanpa ada jarak antara seorang walikota dengan rakyatnya. Jokowi merendah, bersikap andhap asor di hadapan para PKL, dan ia juga nguwongake mereka, dan hasilnya para PKL itu mau direlokasi tanpa ada ketegangan dengan aparat.
Kedua, Jokowi dan Aburizal Bakri juga pernah bersitegang, namun melalui acara makan bersama, ketegangan antara keduanya segera mencair. Ketiga, Jokowi saat menjabat sebagai walikota pernah bersitegang dengan sang gubernur saat itu, Bibit Waluyo, salah satunya gara-gara Jokowi memaksakan diri menggunakan mobil Esemka sebagai mobil dinasnya dengn dipasang plat nomor dinas. Ketegangan ini justru meningkatkan popularitas Jokowi, yang kala itu Bibit Waluyo hampir purna tugas dan dikabarkan akan mencalonkan kembali. Bibit diduga khawatir kalah popular dengan Jokowi yang ditengarai juga akan ikut maju dalam Pilgub Jateng.
Yang terjadi justru akhirnya Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI di tahun 2012 dan berhasil. Sebgai gantinya di Surakartalo maka naiklah sang wakil, FX. Hadi Rudyatmo (Rudy) menjadi wali kota. Pada saat pelantikan Rudy, Jokowi menyempatkan hadir dan dalam moment itu, Jokowi melakukan aksi cium tangan kepada Gubernur Bibit Waluyo. Ketegangan berakhir, Bibit Waluyo kembali mencalonkan diri, namun gagal dan harus menerima kekelahannya dari kandidat PDIP, Ganjar Pranowo.
Keempat, Disinilah peredaan Jokowi dengan JK. Paska Pilpres 2014, JK pernah mengatakan tidak akan mendatangi Prabowo-Hatta, karena menurutnya yang pas adalah mereka (yang kalah) menemui yang menang untuk mengucapkan selamat, bukan sebaliknya. Jokowi berbuat sebaliknya, menemui Prabowo di rumah keluarga Prabowo di Jalan Kartanegara, tentu bukan untuk mengucapakan selamat kepada Prabowo, karena dia bukan pemenangnya, melainkan untuk mengucapkan “Selamat Ulang Tahun” kepada mantan rivalnya di pilpres.
Kedatangan Jokowi ke rumah Prabowo membawa dampak yang sangat positif. Prabowo yang semula “keras kepala’, bahkan mungkin “keras hati” akhirnya luluh dengan trik jitu Jokowi ini, Prabowo pun berjanji tidak ada halangan ia siap untuk mengadiri pelantikan Jokowi jika diundang. Baik Jokowi maupun Prabowo, keduanya hanyalah manusia biasa, mereka bukan Dewa, dan juga bukan setengah Dewa, namun demikian sepak terjang, sikap dan perilaku positif seperti contoh di atas pantas untuk diteladani oleh seluruh rakyat Indonesia, dan semoga ini bukan kepura-puraan dari keduanya. Salam Damai Indonesia (Banyumas; 19 Oktober 2014)
Salam Kompasiana!
Sebelumnya :
1.Uji Coba Dana Desa Baru 150 Juta, Belum 1,5 Milliar
2.Pelantikan Jokowi Dijamin Mulus
4.Yuk Cari Pahala Di Kompasiana
5.Asyiknya Jadi Anggota DPR-RI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H