Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Petral Bubar, Kenapa Harga BBM Tetap Naik?

16 Mei 2015   06:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:56 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14316638411299374416

[caption id="attachment_383698" align="aligncenter" width="574" caption="Meski Petral dibubarkan, tapi harga BBM tetap saja naik (foto; kompas)"][/caption]

|Hailet Article| Dengan hebatnya Pemerintah Jokowi-JK akhirnya membubarkan PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Terkit masih adanya spekulasi dari pihak lain bahwa nanti akan dibuat ”rumah” baru (bagi mafia migas), pemerintah pun menjamin tidak akan ada, bahwa setelah pembubaran Petral tidak akan ada lagi mafia migas baru di Indonesia. Selain pembubaran Petral, dua anak perusahaannya, Pertamina Energy Services (PES) Pte. Ltd. dan Zambesi Investment Ltd. pun turut berhenti beroperasi. Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas (Migas) atau Satgas Antimafia migas yang diketuai oleh Fasial Basri juga dibubarkan, karena masa kerjnya 6 bulan telah selesai dan tidak diperpanjang.

Jaminan itu untuk menjawab peran Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina yang diberi fungsi sepenuhnya dalam mengelola migas menyangkut ekspor dan impor minyak mentah dan produk kilang. Dirut Pertamina Dwi Soetjipto menerangkan proses likuidasi Petral sudah berjalan sejak 13 Mei. Seluruh aktivitas bisnis Petral diambil oleh ISC Pertamina. ”Kalau kontrak sudah ada, kita akan me-review, kalau perlu renegosiasi,” jelasnya. Adapun penjualan dan pengadaan impor minyak mentah dan BBM yang dilakukan ISC merupakan rekomendasi/permintaan Satgas Antimafia.

Sejak awal tahun ini, PT Pertamina (Persero) telah mengambil alih peran bisnis PT Petral yakni impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah. Pasca mengambil alih peran Petral, Pertamina mengklaim sudah berhasil menghemat aktivitas pembelian BBM impor hingga 22 juta dolar AS. ”Dalam 2-3 bulan efisiensi 22 juta dolar AS (dengan kurs Rp 13.000 sama dengan Rp 286 miliar),” ujar Dwi.

Menteri ESDM Sudirman Said yakin, ISC bukanlah produk baru dalam tata kelola migas. Kepada direksi Pertamina, ia meminta supaya karyawan ISC turut ”dibersihkan” sampai level bawah. ”Kepada Pak Dwi (Dirut Pertamina), ISC yang di bawah bawah juga harus ‘dibersihkan’,” ujarnya. Jelas bahwa sekarang Pertamina yang berkuasa dan menjadi “pemain tunggal” karena semua aktivitas yang semula “dimandatkan” ke Petral sudah dikendalikan sepenuhnya oleh Pertamina seiring dengan dibubarkannya anak perusahaan Pertamina yang ditengarai menjadi sarang mafia migas.

Namun ternyata meskipun Petral sudah dibubarkan dan diyakini tidak ada mafia lagi yang mempermainkan industri migas, ternyata tidak serta merta menjadikan harga BBM aman dan stabil. Terbukti Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga jual bahan bakar khusus (BBK) mulai Jumat (15/5) ini, padahal sebelumnya pada tanggal 1 Mei 2015 yang lalu, Pertamina telah menaikkan harga Pertamax dari Rp 8.600 per liter menjadi Rp 8.800 per liter. Sekarang Pertamina kembali menaikkan pertamax 800 rupiah, dari 8.800 menjadi 9.600 rupiah, untuk wilayah Jakarta dan Jawa Barat (Region II), dan kenaikan serupa juga berlaku bagi Pertamax Plus dan Pertamax Dex.

Harga harga Pertamax Plus naik Rp 500 dari semula Rp 10.050 menjadi Rp10.550 per liter. Untuk harga Pertamax Dex naik Rp 300 dari Rp 11.900 menjadi Rp 12.200 per liter. Untuk harga premium dan solar tidak naik, meskipun harga keekonomiannya naik rata-rata menjadi Rp 9.200. Bila ditetapkan subsidi tetap Rp 1.000 per liter, seharusnya harga solar naik menjadi Rp 8.200 per liter. Namun saat ini harga solar tetap Rp 6.900.

Kenaikan harga Mean of Platts Singapore (MOPS) dan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi faktor yang disebut-sebut menjadi pemicu utama kenaikan harga BBM tersebut. “Benar (kami telah menaikkan harga Pertamax-Red) karena harga MOPS naik tinggi dan dolar sudah Rp 13 ribu,” kata Ahmad Bambang di Jakarta, Kamis (14/5). Bahkan menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, perseroan rutin mengevaluasi harga BBK setiap dua pekan, dan kenaikan itu juga berlaku di wilayah lainnya berdasarkan jarak distribusi di masing-masing provinsi.

ISC telah menjadi lembaga baru dalam pengelolaan migas Tanah Air. Direktur Eksekutif Indonesia Mining and Energy Studies (IMES), Erwin Usman meminta ISC mesti diwaspadai. ”Menteri Sudirman, sebelum jadi menteri, dahulu pernah bertugas di badan ini (ISC) sebelum diberhentikan. ISC perlu diwaspadai agar tidak berkesan ganti baju.” Menurut Erwin, pembubaran Petral adalah langkah yang tepat. Sejak lama Petral menjadi sarang mafia migas dan bancakan elite politik. Apakah nanatinya ISC bukan Petral gaya baru seperti yang ditudingkan sebagian kalangan? Bukankah dengan dibubarkannya Petral berarti tak ada mafia lagi? Bukankah dengan tidak adanya mafia, biaya-biaya di Pertamina bisa dipangkas, dan mestinya pun harga BBM tidak sebentar-sebentar naik dengan alasan nilai tukar rupiah ke dollar kian melemah.

Kecurigaan terhadap ISC bukan tanpa alasan, sebelum Petral dibauarkan, tender ISC sudah dinilai lebih buruk dari Petral. Proses tender perdana ‘crude oil’ ISC Pertamina pada tanggal 27 Januari beberapa hari kemarin berlangung tertutup, publik tidak sama sekali mengetahui proses tender yang diadakan oleh ISC pertamina tersebut. tender pengadaan minyak itu sendiri diketahui untuk memenuhi kebetuhan minyak dalam negeri. (baca; disini)

Bukankah pula masalah impor migas juga bisa ditangani sendiri oleh Pertamina, tidak harus melalaui perantara/trader/broker tertentu, meskipun trader tersebut anak perusahaan Pertamina sendiri? Pertamina kan bisa membeli atau kontrak langsung dengan produsen tanpa lewat pihak ketiga, bila perlu dipayungi oleh perjanjian kerja sama antar negara/pemerintah (G to G). Setelah pembubaran tim reformasi, Sudirman Said menambahkan seluruh rekomendasi Faisal Basri cs akan segera ditindaklanjuti secara bertahap.

Dalam rekomendansi itu antara lain meminta pemerintah menghentikan impor RON 88 dan Gasoil 0,35% sulfur, dan menggantinya masing-masing dengan impor Mogas92 dan Gasoil 0,25% sulfur. Produksi minyak solar oleh kilang di dalam negeri ditingkatkan kualitasnya sehingga setara dengan Gasoil 0,25% sulfur; dan mengalihkan produksi kilang domestik dari bensin RON88 menjadi bensin RON92. Faisal juga meminta untuk menata ulang seluruh proses dan kewenangan penjualan minyak mentah dan pengadaan minyak mentah dan BBM (sumber; smcetakantaranews, kabarnet). Yah kita tunggu saja pembuktiannya, dengan dibubarkannya Petral masyarakt kecil hanya berharap harga BBM stabil dan tidak berulangkali naik-turun seenaknya saja. (Banyumas; 15 Mei 2015)

Selamat Jumat Mubarak!

Before;

Tragis! Lawan Mantan Walikota KPK Kalah Lagi

Inilah 10 Kompasianer Penghuni Kolom TA

PSSI Dibekukan Dapur Pesepak Bola Terancam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun