[caption id="attachment_374010" align="aligncenter" width="409" caption="Dalam Indeks HL, artikel Gaganawi menjadi jawara (srinsut; dokpri)"][/caption]
Jujur, menulis artikel dengan kwalitas yang bagus memang bukan pekerjaan yang mudah. Selain merupakan keahlian (diperoleh dari latihan), sepertinya faktor bawaan (fitrah) juga mempengaruhi hasil artikel kita. Terbukti sudah lumayan lama (berlatih) menulis di kompasiana, namun hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Dari ratusan artikel yang sudah penulis publish di kompasiana ini, hanya ada beberapa artikel yang dianggap berkualitas oleh admin,sehingga diberi kesempatan untuk nangkirng di kolom HL, yang menjadi tempat terhormat, karena penilainnya memang didasarkan dari kualitas sebuah artikel, betul-betul merupakan hasil kerja jurnalistik (jurnalisme warga), bukan sekedar asal artikel (jurnalisme gosip).
Namun ternyata artikel-artikel yang berkualitas (versi admin), tidak menjadi jaminan bahwa artikel tersebut secara otomatis akan dibanjiri klik dan dibaca oleh banyak orang, bahkan yang terjadi bisa sebaliknya. Berikut sebagian artikel penulis yang dinilai berkualitas oleh admin dan masuk kolom HL. Hingga ulasan sederhana ini ditulis, reportase HL dengan judul Densus 88 Tangkap Gembong Teroris Di Banyumas ternyata hanya diklik oleh 533 pembaca, reportase HL dengan judul PT Pos Indonesia Mana Tangung Jawabmu? hanya diklik oleh 698 pembaca, reportase HL berjudul Lalu Lintas Jalur Selatan Nyaris Lumpuh agak lumayan karena diklik oleh 3.386 pembaca, lalu reportase HL bertitel Pendaftaran BPJS Berubah Ubah Dan Membingungkan diklik oleh sebanyak 2.769 pembaca, dan opini HL berjudul Menimbang Perlunya Hak Imunitas Bagi KPK hanya diklik oleh 580 pembaca.
Sebenarnya masih ada artikel HL penulis lainnya di kompasiana, selain menurut penulis sendiri tidak terlalu berkualitas, jumlah kliknya pun hampir sama, tidak tembus angka 1.000 hits. Dari contoh di atas, jumlah klik pembaca hanya pada kisaran angka (terendah) 533 hingga (tertinggi) 3.386. Angka yang menurut penulis sendiri masih dalam kategori biasa-biasa saja, belum terlalu wah jika dibandingkan dengan artikel lain yang bisa tembus belasan bahkan puluhan ribu, sementara artikel yang jumlah kliknya tinggi itu hanyalah artikel biasa saja, tidak berkualitas, hasil daur ulang dari artikel yang sudah ada di media utama dan bernuansa gosip.
Artikel hasil daur ulang dan bernuansa gosip berjudul Anak Presiden Kok Ikut Daftar CPNS? Ini juga menjadi satu-satunya hasil karya penulis yang diklik sampai dengan tembus angka 25.310. Pembaca tertarik meng-klik artikel ini tentu bukan karena kualitas, tapi karena terkesan “bombastis”, dari judulnya saja sudah bisa tercium aroma “gosip” dan kesan “bully”. Hal ini bisa juga dibuktikan dengan melihat indeks HL. Dari 16 artikel HL yang nangkring di kolom indeks hari ini, 4 artikel berhits 40 s/d 100, 9 artikel berhits 101 s/d 500, 2 artikel berhits 501 s/d 1000, dan 1 artikel berhits 3.748. artikel yang beruntung itu milik Gaganawati dengan judul Gerhana Matahari 20 Maret, No Selfie! Dan dari judulnya saja memang sudah “menggelitik” membuat para pembaca penasaran. HL atau tidak, berkualitas atau tidak, sepertinya judulnya yang paling membuat para pembaca penasaran, soal isi bisa nomor kesekian.
Kemarin, penulis mempublish artikel Khutbah Jumat berjudul Jangan Menjadi Bangsa Pengeluh! Bicara soal konten tentu tidak pantas jika disebut recehan apalagi sampah. Admin saja berani bertaruh dengan menempatkannya di kolom highlight, itu artinya patut untuk dipertimbangkan. Tapi dasar tulisan yang semacam ini sedang tidak menjadi selera pembaca, atau sedang tidak “trend” sehingga sampai artikel ini ditulis jumlah kliknya pun baru mencapai angka 50-an, angka yang sangat kecil dibandingkan hits artikel lainnya.
Kalau ada artikel berkualitas yang sudah dipajang di tempatnya yang sesuai oleh admin, tapi tidak dilirik oleh pembaca, jangan salahkan kompasiana. Kalau ada artikel recehan atau “sampah” yang hanya sempat nongol beberap menit saja, tapi diburu pembaca, jangan salahkan kompasiana juga, mungkin ini memang kecenderungan pembaca yang tidak bisa dihindari lagi saat ini. Barangkali memang sudah tiba waktunya “Jurnalisme warga yang berkualitas kalah oleh jurnalisme gosip” yang murahan, atau minimal sedang “trend” saja. Kalau eranya sudah habis semoga nanti bisa kembali seperti semula, “Jurnalisme warga yang berkualitas adalah raja”, semoga! (Banyumas; 20 Maret 2015#Helet)
Happy Weekend!
Recomended :
Profesi Pengemis Ternyata Lebih Menjanjikan
Kapan Wina Lia Tampil Di Kompasiana TV?
Mati Lampu, Batal Tampil Di Kompasiana TV
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H