Keajaiban yang terwujud (skrinsut goal.com)
Keajaiban yang diharapkan oleh Indonesia ternyata tak terwujud. Laga penutup kontra Laos memang berhasil dimenangkan oleh anak-anak asuh Alfred Riedl dengan skor telak 5-1, namun tuan rumah Vietnam yang digadang-gadang keok dari Filipina dengan skor minimal 0-3 malah unggul dengan skor 3-1 dan mengantarkan tuan rumah sebagai pemuncak group dengan poin 7 diikuti The Azkals dengan poin 6, dan inilah “misteriusnya” permainan sepak bola yang tak bisa dihitung secara matematika.
Selain skill memadai dari para pemainnya, masih ada banyak faktor lain yang mempengaruhi sebuah tim untuk bisa menang atau sebaliknya. Beberapa di antaranya adalah unsur pelatih, manajemen tim (official), skill (kekompakan) tim, strategi, semangat, motivasi, stamina (kebugaran), kondisi psikis (kejiwaan) para pemain, suasana pertandingan, suasana lapangan, wasit, hakim garis, tekanan penonton, dan masih banyak lainnya yang tidak bisa dihitang-hitung dengan angka-angka atau rumusan ala matematika.
Kalau mau dihitang-hitung ala matematika, jelas sekali Indonesia berhasil menahan imbang Vietnam dengan skor 2-2. Dalam matematika, hasilimbang Indonesia versus Vietnam itu bisa disimpulkan bahwa Indonesia sama kuatnya dengan Vietnam, atau bisa juga Indonesia sama lemahnhya dengan Vietnam. Akibat matematikanya saat Filipina berhasil menggasak Indonesia denan skor telak 0-4, maka Filipina bisa disebut lebih kuat dibanding Indonesia. Karena Indonesia dan Vietnam sama kuatnya atau sama lemahnya dengan Indonesia, maka Filipina juga (semestinya) lebih kuat dibanding Veitnam.
Karena Filipina lebih kuat dari Vietnam, maka seharusnya pasukan The Azkals juga bisa menaklukkan tim tuan rumah dengan skor sama 4-0, atau setidaknya serupa 4-1, atau 3-0. Tapi apa boleh buat, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, Filipina digasak Vietnam dengan skor 3-1 untuk kemenangan tim tuan rumah. Akibat matematikanya telah berubah, Vietnam lebih kuat dibanding Filipina. Bingung kan? Yah itu karena sepak bola bukan matematika, kalau sepak bola itu matematika, maka yang lolos ke babak selanjutnya adalah Filipina (juara grup) dan Indonesia (runner up grup). Alfred Riedl bisa jadi sangat menyesal karena tidak dari awal menerapkan strategi ini, tapi tak apalah, yang penting Indah Nevertari tak tersingkir dari ajang RSI.. haha.. (Banyumas; 28 Nopember 2014)
Salam Penuh Semangat!
Sebelumnya :
Mission Imposible Indonesia Versus Laos
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H