Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dokter Cantik Tewas Dibanting Gajah

12 Mei 2016   14:34 Diperbarui: 12 Mei 2016   17:54 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Namanya hewan, tetap saja hewan. Sejinak apapun ,apalagi hewan  yang masuk kategori wild animal, tetap saja berbahaya,apalagi saat lapar, marah dan sress berat. Siapapun yang ada di dekatnya bisajadi korban. Entah itu pawang atau siapalah yang dianggap sudah akrab bisa sajamenjadi sasaran amukan sang hewan. Contohnya sudah banyak terjadi di sekitar kita. Dulu seokor harimau juga menerkam pawangnya di Kebun Binatang SurulingmasBanjarnegara Jawa Tengah. Baru-baru ini juga seoang penyanyi dangdut (penariular) juga tewas dipatok ular.

Bergaul dengan hewan jenis wild animal ini harus benar-benar hati-hati dan waspada. Jika tidakmaka mara bahaya selalu mengancam kita, seperti yang gress terjadi diKabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Seorangdokter hewan muda belia bernama drh Esthi Octovia Wara Hapsari/Via (24) yangbiasa menangani gajah di Objek Wisata Sendang Asri Waduk Gajahmungkur(OWSA-WGM) Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah itu tewas dibanting dan diinjak mamalia tambun berbelalai tersebut kemarin Rabu pagi (11/5).

Merasa terganggudengan kilatan cahaya kamera, Gajah jantan bernama Panamtu, mengamuk saat Via, tengah mengambil gambarnya dengan kamera. Kepala UPT Pengelola Kawasan Wisata WadukGajahmungkur Pardiyanto menuturkan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 07.30. Setiappagi, dokter-dokter hewan yang ada di objek wisata, termasuk dokter Via rutinmemeriksa seluruh satwa dan itu sudah menjadi protap (prosedur tetap) untukmemastikan seluruh satwa dalam keadaan sehat.

Biasanya Gajah diperiksa sambil diajak jalan-jalan keliling taman wisata agar beradaptasi denganlingkungan barunya. Gajah Panamtu baru tiba di OWSA-WGM, akhir April lalu. Pemeriksaan dilakukan oleh doker Via yang warga Desa Nadi RT 1 RW 1 Kecamatan Bulukerto, Wonogiri didampingi tiga pawang, yakni Umar, Febri, dan Arif. Umar naik di punggung gajah. Setelah selesai pemeriksaan Via mengambil gambar dengan tujuan untuk bahan laporan.

Namun tak disangka-sangka, tiba-tiba sang gajah mengamuk. Pawang Umar yang naik di punggunnya dilempar hingga jatuh. Sang gajah mengejar Via, merasa terancam diaberlari namu terpeleset dan terjatuh. Sang Gajah langsung membelit denganbelalainya, membanting dan menginjak tubuh korban. Korban langsung dilarikan keRSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Namun, sesampai di IGD korban dinyatakantelah meninggal dunia. 

Setelah diadakan pemeriksaan, Pihak RSUD menyatakan bahwa tenaga kontrak yang baru bergabung Januari lalu di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Wonogiri tersebut mengalami luka memar dan pendarahan di dada, punggung, kepala, dan paha. Bahkan tulang dadanya patah. 

Dikabarkan, sebelumnya Gajah yang telah berusia 30 tahun itu juga pernah mengamuk sebelum dipelihara di Wonogiri. Gajah Panamtu memiliki pasangan gajah betina bernamaSari berusia 25 tahun. Keduanya lahir di Taman Nasional Way Kambas Lampung,kemudian dipelihara di kebun binatang Guci, Tegal dan pernah mengamuk di sana. Oleh BKSDA Jateng, sepasang gajah itu dikirim ke taman satwa OWSA-WGM untuk dipelihara.

Rencana semula, Panamtu dan Sari akan dijadikantunggangan para wisatawan Waduk Gajahmungkur. Namun setelah tragedi yangmenewaskan dokter Via, pihaknya akan meninjau ulang rencana tersebut. Nah, bua tpara pembaca yang biasa berhubungan dengan wild animal apalagi yang punya hobby naik gajah, mesti lebih waspada dan tambah berhati-hati. Untu dokter Via semoga arwahnya diterima dengan baik di sisi-Nya, dan untuk keluarga yang ditinggalkan semoga selalu diberi keikhlasan, kesabarandan ketabahan dalam menghadapi cobaan yang tak terduga ini. (sumber: SM, JPNN,RCTI)

Lama Tak Jumpa, Salam Sua Kembali!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun