Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Inikah Jagoan Koalisi 7 Parpol Penghadang Ahok?

10 Agustus 2016   22:36 Diperbarui: 10 Agustus 2016   22:40 1672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PDIP telah memastikan tidak akan mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017 dan menggalang kekuatan “besar” dengan membuat “Koalisi kekeluargaan” yang terdiri 7 parpol untuk menghadang Ahok. Ada PDIP. Gerindra, PKB, PAN, PKS, Demokrat dan PPP. Namun, meskipun sudah menggalang kekuatan, mereka belum menentukan siapa jagoan yang akan dipsesiapkan untuk menjungkirbalikkan Ahok dari kursi Dki-1.

Belum ada jagoan, baru kriteria yang disampaikan oleh mereka. Yang jelas sosok yang akan dimunculkan harus lebih baik dari Ahok, karena menurut Plt Ketua DPD PDIP DKI Jakarta Bambang DH, kinerja Ahok sebagai gubernur tergolong buruk dilihat dari capaian penyerapan anggaran. Selain itu, sesuai survei Fraksi PDIP di DPRD DKI, warga Jakarta tidak puas dengan janji kampanye Jokowi-Ahok yang mengusung konsep ”Jakarta Baru”.

Ahok juga dianggap arogan selama memimpin Jakarta. Misalnya, terkait penggusuran, hasil survei itu mengungkap kekecewaan warga korban penggusuran yang mayoritas rakyat kecil dan merupakan basis pendukung Jokowi-Ahok dalam Pilgub DKI 2012. Mereka mengharapkan ada calon pemimpin baru yang aspiratif.

Menurut Politikus PDIP, Adian Napitupulu, kultur politik Jakarta terlalu dinamis, sehingga tidak ada jaminan petahana bakal sukses. Menurut Adian, Pilgub DKI 2012 menunjukkan dinamika kompetisi yang luar biasa. Pasangan Jokowi-Ahok, yang oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) per 8 April 2012 hanya mencatat elektabilitas 14,4 persen berbanding 49,1 persen untuk Fauzi Bowo- Nara, secara anomali akhirnya mengalahkan Fauzi-Nara yang didukung tujuh parpol.

Dari sinilah koalisi 7 parpol semakin optimis. Lalu siapa yang dominan? Jelas PDIP yang memiliki modal 28 kursi alias dua kali lipat dari kursi Golkar, Nasdem dan Hanura yang mendukung Ahok. Kalau boleh, PDIP bisa mencalonkan dua pasang cagub sekaligus dengan modal kursi yang ada di DPRD DKI. Sebagai pemenang Pemilu, sudah selayaknya PDIP yang akan menempatkan kadernya sebagai Cagub DKI. Siapa dia? Masih samar-samar, tapi arahnya ke Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin.

Ketua Umum Gerak Indonesia Emi Sulyuwati memberi masukan kepada Megawati untuk tidak mencalonkan lagi Ahok dan menetapkan Risma sebagai bakal calon gubernur DKI. Risma, yang sebelumnya menolak sekarang tinggal menunggu titah sabda sang Ketum Megawati saja. Lalu siapa calon wakilnya? Secara proporsional jelas dari Gerindra yang memiliki modal 15 kursi di DPRD DKI, dan sosoknya sudah sangat jelas, Wakil Ketua Umum Gerindra Sandiaga Uno. Pasangan Risma-Sandiaga hanya tinggal menunggu “pengesahan” Megawati saja.

Apakah 5 partai lainnya akan solid dan tetap mendukung langkah “koalisi kekeluargaan”? Politik memang bisa berubah sewaktu-waktu, bahkan secepat kilat, pagi cendol, siang ondol, sore mondol. Tapi untuk koalisi kekeluargaan sepertinya tidak akan mengalami hal yang demikian, karena meskipun mereka berbeda platform tapi sudah terlanjur memiliki “visi yang sama”, yakni Ahok sudah tidak layak jadi Gubernur DKI lagi, sehingga mereka pun sudah punya “misi yang sama” pula, yaitu segera lengserkan Ahok dari kursi DKI-1.

Memang, sepertinya masih ada nama-nama di luar Risma-Sandi, seperti Buwas yang diinginkan oleh PKB, atau lainnya. Tapi tampaknya pada akhinrya mereka akan makmum kepada PDIP dan Gerindra, terlebih mereka nyata-nyata tidak memiliki kader yang layak jual di helatan Pilgub DKI 2017 nanti, kecuali jika kubu Ahok tiba-tiba menawarkan imbalan yang jauh lebih menguntungkan ketimbang bertahan di koalisi kekeluargaan. Tapi yang ini hal mustahal bin mustahil, so, kita tonton aja episode berikutnya, semoga Ahok tidak “dikhianati” di tengah jalan oleh salah satu dari Golkar, Nasdem dan Hanura. (Banyumas; 10 Agustus 2016)

Bacaan : kompas, smcetak

Met Istirahat semua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun