Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aparat Terlibat Bisnis Freddy Budiman, Benarkah?

29 Juli 2016   22:11 Diperbarui: 29 Juli 2016   22:22 1918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejumlah oknum aparat mulai dari polisi, bea cukai dan BNN disebut-sebut terlibat dalam bisnis narkoba Freddy Budiman. Tak tanggung-tanggung, mereka yang (dikabarkan) terlibat bukan aparat kelas kopral, tapi kelas jenderal. Maklum, bisnis Freddy bukan bisnis recehan, tapi bisnis kakap yang menghasilkan duit milyaran rupiah. Sekelas kopral tentu tidak mampu untuk "membantu" mengamankan  peredaran narkoba yang sudah lintas negara, yang begini-begini memang pantasnya dikerjakan oleh oknum aparat sekelas jenderal.

Oknum aparat terlibat dalam bisnis haram sebenarnya sudah bukan rahasia lagi. Mulai dari bisnis miras kelas eceran juga ditengarai ada beking dari oknum aparat, apalagi bisnisan kelas "gede" yang bisa mengasilan "sripilan" gede pula. Kalau melihat sepak terjang Freddy Budiman yang bisa mengendalikan bisnis narkobanya dari balik penjara, hal ini memang mengindikasikan bahwa ada oknum aparat yang "membantu" agar ia tetap bisa berbisnis, tentu ada imbal balik yang lebih dari sekedar cukup  bagi para oknun aparat yang tidak punya nurani ini.

Kalau membaca tulisan rekan Mawalu, dan juga sumber asli dari Haris Azhar yang dishare di facebook oleh Ulil Abshar Abdalla di facebook kita pantas mengernyitkan dahi tatkala usai membaca "cerita" tersebut, setengah percaya, setengah tidak. Setengah percaya karena kisah-kisah seperti itu sudah banyak terjadi di lingkungan kita, hanya saja kelasnya memang "recehan", bukan kelas milyaran, jadi wajar saja kalau terjadi hal seperti itu.

Setengah tidak percaya, karena cerita itu sepihak dari Freddy Budiman saja diceritakan kepada Haris Azhar. Kenapa di pengadilan Freddy tidak membeberkan semua ini? Apa yang ditakutkan oleh Freddy sehingga ia tidak bercerita di pengadilan? Freddy bilang tidak takut mati, seharusnya ia bercerita di pengadilan, toh kalau benar, ia membeberkan di pengadilan, paling ujung-ujungnya mati, sama seperti sekarang.

Kita simak pernyataan berikut : “Pak Haris, saya bukan orang yang takut mati, saya siap dihukum mati karena kejahatan saya, saya tahu, resiko kejahata yang saya lakukan. Tetapi saya juga kecewa dengan para pejabat dan penegak hukumnya. "Saya bukan bandar, saya adalah operator penyeludupan narkoba skala besar, saya memiliki bos yang tidak ada di Indonesia. Dia (bos saya) ada di Cina. Kalau saya ingin menyeludupkan narkoba, saya tentunya acarain (atur) itu. Saya telepon polisi, BNN, Bea Cukai dan orang-orang yang saya telpon itu semuanya nitip (menitip harga). Menurut Pak Haris berapa harga narkoba yang saya jual di Jakarta yang pasarannya 200.000 – 300.000 itu?”

Saya (Haris Azhar) menjawab 50.000. Fredi langsung menjawab: “Salah. Harganya hanya 5000 perak keluar dari pabrik di Cina. Makanya saya tidak pernah takut jika ada yang nitip harga ke saya. Ketika saya telepon si pihak tertentu, ada yang nitip Rp 10.000 per butir, ada yang nitip 30.000 per butir, dan itu saya tidak pernah bilang tidak. Selalu saya okekan. Kenapa Pak Haris?” Fredy menjawab sendiri. “Karena saya bisa dapat per butir 200.000. Jadi kalau hanya membagi rejeki 10.000- 30.000 ke masing-masing pihak di dalam institusi tertentu, itu tidak ada masalah. Saya hanya butuh 10 miliar, barang saya datang. Dari keuntungan penjualan, saya bisa bagi-bagi puluhan miliar ke sejumlah pejabat di institusi tertentu.”

Siapa pejabat tertentu itu? Kenapa Freddy merasa perlu bercerita kepada Haris Azhar, kenapa tidak langsung di hadapan publik di persidangan? Haris Azhar kan tidak ada hubungannya langsung dengan kasus Freddy. Ini bukan barang main-main, apalagi Freddy menyebut selama menjalankan bisnisnya dia telah setor 450 milliar ke kantong BNN, 90 milliar ke Mabes Polri. Bahkan kalau narkobanya disita, ujung-ujungnya aparat yang menyita malah mengedarkannya lagi ke masyarakat pengguna. Kalau benar adanya, ini para aparat benar-benar sudah super bobrok, kenapa namanya tidak diumumkan? Ini yang membuat kita pantas setengah tidak percaya dengan kebenaran cerita Freddy kepada Haris Azhar.

Lalu, yang membuat kita bertanya-tanya lagi, kenapa Haris Azhar dalam ceritanya tidak sekalian menyebut nama A,I,U,E dan O. Kemungkinan besar kalau cerita ini benar, Freddy pasti menyebut nama di hadapan Haris Azhar. Atau Haris Azhar takut mati kalau menyebut nama? Cepat atau lambat, Haris Azhar pasti akan dikejar dan dicecar oleh aparat untuk mengklarifikasikan cerita yang sudah terlanjur diketahui publik.

Ganjalan rasa yang terakhir, kenapa cerita yang terjadi pada tahun 2014 baru dipublikasikan di tahun 2016, tahun dimana Freddy dieksekusi mati? Jadi soal keterlibatan aparat dalam bisnis Freddy masih 50-50, kecuali kalau Haris Azhar kemudian lantang menyebut nama A sampai Z, mungkin kita baru akan percaya 100%? Entahlah.. Wassalam (Banyumas; 29 Juli 2016)

Selamat Malam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun