Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Saya Minta Tablet, Ya Saya Kasih!

18 Juli 2016   23:35 Diperbarui: 19 Juli 2016   04:52 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu putra kami naik kelas dari kelas 2 ke kelas 3 MI (setara SD), dia minta hadiah peralatan PS, tentu langsung kami tolak mentah-mentah dengan berbai alasan yang masuk akal. Dia masih ngotot saja, kemuadian suatu ketika kami sekeluarga bersilaturahmi ke rumah Kepala Desa, entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba Kepala Desa bercerita tentang putranya yang dulu minta dibelikan peralatan PS dituruti.

Setiap hari sepulang sekolah kerjaanya hanya bermain PS, dan, entah benar entah tidak, gara-gara terus-terusan bermain PS, matanya yang kalah, sehingga dia harus memakai kaca mata minus.

Anak penulis yang ikut mendengar cerita itu, tiba-tiba berubah pikiran dan minta hadiah tablet. Kenapa bisa minta hadiah "semewah" itu, sementara kami berdua masih menggunakan HP model jadul yang hanya bisa untuk telpon dan SMS saja, masa anak yang baru berumur 8 tahun mau pakai tablet, pikir penulis. Penulis dan istri terus berdiskusi tentang baik-buruknya jika si anak dibelikan tablet. Setalh dikalkulasi, sepertinya banyak madlaratnya ketimbang manfaatnya, karena itu penulis berusaha memberikan penjelasan kepada si anak agar tidak membeli tablet, tetapi hadiah yang lain.

Sepertinya si anak tetap kekeh pada pendiriannya, ini orang tua naga-naganya akan kalah oleh anak. Iseng-iseng, kami putuskan boleh membeli tablet tapi dengan beberapa syarat antara lain 1) Uang yang untuk membelu tablet tabungan si anak, bukan pakai uang orang tua, 2). Yang akan mengisi game kami orang tuanya, tidak boleh download sendiri, 3). Tidak boleh untuk bermain game online dan 4). Tidak boleh membawa tablet keluar dari rumah. di luar perkiraan penulis, ternyata sang anak menyetujuinya, jadilah kami membelikan tablet dan mendownloadkan game yang menurut kami layak untuk dimainkan oleh anak-anak seusianya.

Alhamdulillah, kesepakatan tersebut berjalan hingga dia naik kelas dari kelas 3 ke kelas 4 MI. Saat awal-awal dia memiliki tablet, memang hampir setiap hari dia bermain game sepulang sekolah, bahkan karena dia tidak boleh membawa tablet itu keluar rumah, teman-temannya lah yang datang ke rumah kami bermain bersamanya. 

Sesuai perjanajian, tablet itu tidak kami isi chip perdana, sehingga tidak bisa digunakan untuk online, murni hanya untuk bermain game yang sudah kami downloadkan. Memang sempat beberapa kali minta dibelikan perdana paket data, tapi kami tetap menolaknya. UJung-ujungnya kami yang mengalah meng-upgrade game terbaru, karena game lama sudah bosan.

Melihat banyak anak-anak yang bermain di rumah kami, penulis kemudian punya ide, agar anak-anak tidak hanya bermain saja bagaimana kalau mendirikan Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) pasti akan jauh lebih bermanfaat ketimbang bermain game saja. Hal itu kemudian penulis sampaikan kepada anak-anak yang suka bermain di rumah kami, bahwa akan diadakan pengajian anak-anak/TPQ di mushola lingkungan kami. 

Alhamdulillah anak-anak itu setuju dan sekitar dua bulan setelah pembelian tablet, jadilah kami membuat pengajian anak-anak. Awalnya hanya diikuti oleh belasan anak saja, tapi sekarang sudah mencapai 40-an anak. 

Anak kami pun lama-kelamaan bosan bermain tablet, sekarang tablet tersebut sudah sangat jarang digunakan untuk bermain lagi, kami orang tuanya pun tidak pernah menggunakannya. Di sela-sela istirahat mengaji, anak-anak bermain bola, bermain karambol, catur dan permainan tradisional lainnya seperti petak umbat, sunda manda dan gobak sodor. 

Alhamdulillah berkat anak minta dibelikan tablet, kami justru bisa menghimpun puluhan anak-anak untuk mengaji. Ternyata membelikan tablet tidak selamanya jelek juga.. Mudah-mudahan ini bisa menjadi pelajaran bagi yang lainnya. Amiin.. (Banyumas; 18 Juli 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun