[caption id="attachment_375745" align="aligncenter" width="578" caption="PAN di bawah Zulkifli Hasan di persimpangan jalan (foto; kompas)"][/caption]
Pemerintah yang kuat harus didukung oleh parlemen yang kuat pula. Jika pemerintahan Jokowi-JK hanya didukung oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) di parlemen, sudah pasti pemerintahan ini akan menjadi bulan-bulanan “lawan politiknya” yakni Koalisi Merah Putih (KMP) yanag memiliki jumlah kursi jauh lebih banyak dan menguasai pos-pos penting di Senayan mulai dari komisi, alat kelengkapan dewan hingga kursi pimpinan semua dikuasai KMP.
Bukan Jokowi dan KIH kalau tidak berpolitik secara cerdik. PPP yang dari awal sudah terlihat kurang solid menjadi target pertama, dengan tetap menjadikan kader PPP, Lukman Hakim Syaifudin duduk di kursi Menteri Agama, ternyata berhasil membuat partai berlambang ka’bah itu terpecah. Sang Sekjend Romahurmuzy mendeklarasikan diri mendukung Jokowi dan bergabung dengan KIH. Jadilah PPP pecah menjadi dua kubu, kubu Romahurmuzy dan kubu Djan Farid. Bahkan kubu Romahurmuzy sempat disahkan oleh Menkumham Yasona Laoly, dan berujung pada gugatan dari kubu Djan Farid.
Target kedua adalah Golkar. Dari awal, beberapa kader potensial Golkar telah menyeberang ke kubu Jokowi-JK, sebut saja Poempida Hidayatullah, Agus Gumiwang dan Nusron Wahid. Orang-orang ini dimanfaatkan dengan baik oleh KIH untuk “mengobrak-abrik” Golkar dari dalam. Nusron Wahid pun dipasang menjadi pejabat sekelas menteri oleh Presiden Jokowi, jadilah internal Golkar membara. Sebagian kader Golkar yang terbiasa hidup di lingkunagan kekuasaan mulai bereaksi. Singkatnya Gokar pun terpecah menjadi dua kubu, kubu Aburizal Bakri (ARB) dan kubu Agung Laksono (AL). Lagi-lagi menkumham Yasona Laoly dengan kuasanya mengeluarkan keputusan yang mengesahkan kepengurusan Golkar kubu AL.
Politik “pecah belah dan kuasailah”ala Jokowi dan KIH tampaknya akan mnuai hasil yang menyenangkan bagi penggagasnya, tapi tidak demikian dengan KMP. Boyongnya dukungan dua partai tersebut ke KIH merupakan bencana bagi KMP, cepat atau lambat, KMP pasti bubar! Apakah cukup di sini? Oh, ternyata tidak! Jokowi dan KIH sepertinya juga tengah mendekati PAN agar mau bergabung dengan KIH. Benih-benih perpecahan di PAN mulai terlihat, Amin Rais masih konsisten dengan KMP, tapi sang Ketum PAN yang baru, Zulkifli Hasan yang juga Ketua MPR sepertinya mulai goyah, mulai terprovokasi KIH yang terus melakukan pendekatan-pendekatan politis.
Kegoyahan Zulkifli mulai terlihat saat KMP akan mengajukan hak angket terhadap Munkumham Yasona Laoly atas keputusannya terkait konflik internal Partai Golkar dan PPP tidak didukung Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), partai pimpinan Zulkfili. Dirinya mengatakan, pihaknya memutuskan tidak mendukung penggunaan hak angket tersebut. Dia beralasan, partainya hanya fokus menjalankan tugas sebagai wakil rakyat dan menghindari kegaduhan.
”PAN hanya akan memberikan solusi. Rakyat jenuh (anggota DPR) bertengkar terus, kapan (bekerja) untuk rakyat? Saya berkali-kali menyampaikan, tidak ikut kegaduhan itu,” kata Zulkifli di Gedung DPR, Kamis (27/3). Meski demikian, ia yang juga Ketua MPR mengakui, belum ada sikap resmi Fraksi PAN terkait usulan hak angket. ”Ada sikap resmi fraksi pada saatnya,” ujar Zulkifli.kompas
Usulan hak angket untuk Menteri Yasona, hingga sekarang sudah ditandatangani oleh 116 anggota DPR, dengan rincian 55 dari Golkar, 37 dari Gerindra, 20 dari PKS, 2 dari PPP dan 2 dari PAN. Terliaht jelas dari PPP dan PAN hanya masing-masing 2 orang, itu mengindikasikan bahwa kedua partai tersebut tidak mendukung hak angket ala KMP dan lebih memilih menolak alias bergabung dengan KIH. Wakil Sekretaris Fraksi PPP versi Munas Surabaya Arsul Sani menegaskan bahwa hak angket akan kandas di tingkat rapat paripurna, sebab PPP sendiri secara tegas menolak hak angket dan setia mendukung KIH dan PAN pun naga-naganya akan mengikuti PPP, hengkang dari KMP dan bergabung dengan KIH.
Sikap PAN yang terlihat mulai mendua membuat KMP meradang. Koordinator Pelaksana Koalisi Merah Putih Idrus Marham pun mengungkit-ungkit jabatan yang kini disandang Ketum PAN Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR adalah berkat jasa KMP. Sudah semestinya Zulkifli Hasan mengubah sikapnya dari menolak menjadi mendukung hak angket.
"Zulkifli itu jadi Ketua MPR karena KMP. Tidak bisa (jadi Ketua MPR) kalau tidak karena bantuan KMP," kata Idrus di ruang Fraksi Golkar, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (29/3/2015) malam. Idrus menjelaskan, pengajuan hak angket terhadap Menkumham bukan semata-mata terkait penyelesaian dualisme Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan. Lebih dari itu, KMP ingin memperjuangkan kebenaran dengan mengoreksi kebijakan pemerintah yang menyalahi aturan. "Ini terkait demokrasi kita yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya," ujar dia.kompas
Hanya 2 orang anggota F-PAN yang menandatangani angket, dan salah satunya tentu bukan Zulkifli Hasan. Apakah ini pertanda PAN tengah ancang-ancang hengkang dari KMP? Lalu bagimanan posisi Zulkifli Hasan yang notabene menjadi Ketua MPR karena jasa KMP? Terancamkah? PAN tetap di KMP dan KMP solid, Zulkfli Hasan aman menduduki kursi Ketua MPR. PAN hengkang ke KIH? Jika Golkar, PPP dan PAN sekata boyongan ke KIH, KIH akan menjadi mayoritas di parlemen dan Zulkifli Hasan pun tetap aman menjadi Ketua MPR bukan?
Selama ini kita tahu bahwa KMP selalu memenangkan pertarungan di Senayan melawan KIH. Tapi untuk angket menkumham sepertinya akan berbeda. Selain sejumlah parpol pendukung KMP mulai terbelah, Demokrta pun terang-terangan tidak mendukung, angka 116 meskipun sudah memenuhi syarat untuk mengajukan hak angket, namun angkat itu masih jauh dari 50% + 1. Sementara hak angket diputuskan melalui paripurna,jadi dengan modal 116 sepertinya jauh panggang dari api untuk meraih kesuksesan KMP melawan KIH pada episode kali ini.
Nasib hak angket bahkan bisa terkatung-katung seperti penggagasnya KMP yang mulai “loyo” ditinggalkan anggotanya. Sekarang tinggal pandai-pandainya Jokowi dan KIH melakukan manuver dan pendekatan-pendekatan politis untuk mematikan langkah lunglai KMP dengan merebut simpati PAN ke pangkuannya. Akhirnya, siapapun penguasa negeri ini, kita hanyalah rakyat biasa,yang hanya bisa menonton dan sedikit bercerita.. hehe.. (Banyumas; 30 Maret 2015)
Salam Indonesia!
Recomended :
Kemenangan Jurnalisme Gosip Atas Jurnalisme Warga
Mati Lampu, Batal Tampil Di Kompasiana TV
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H