Sabtu kali ini mengukir kisah jalan-jalan di seputaran Kota Tua Makassar. Â Sebuah momen yang tak biasa karena kegiatan ini dihadiri oleh beberapa orang dengan latar belakang yang berbeda. Â Ada dari kalangan pelajar, komunitas, mahasiswa, dosen, pemerintah kota dan masyarakat umum. Â Untuk bisa hadir diacara ini, peserta melewati peyaringan dari pihak panitia. Â Banyak sekali yang ingin bergabung tetapi keterbatasan kuota peserta sehingga peserta yang mendaftar banyak yang gugur. Â Â
Kegiatan pada hari Sabtu 14 September 2019, dimulai dari Fort Rotterdam pada pukul 07.30 waktu Makassar kemudian di diakhiri di Museum Kota Makassar.  Kegiatan ini mengusung tema "DJALAN-DJALAN KE BANGOENAN BERSEDJARAH DI KOTA MAKASSAR"  yang dilaksanakan oleh Lembaga Lingkar bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI).  Jalan-jalan ini bertujuan untuk memperkenalkan situs-situs sejarah sekaligus mensosialisasikan  nilai-nilai sejarah bagi generasi muda di Kota Makassar
Djalan-Djalan Ke Bangoenan Bersedjarah Di Kota Makassar
Kawasan Pecinan, merupakan salah satu lokasi kunjungan di mana terdapat banyak bangunan-bangunan tua yang mempunyai nilai-nilai sejarah. Baik warisan dari etnis Tionghoa, Arab, maupun bangunan peninggalan Negara kolonial Belanda. Kawasan ini bisa dianggap replika masa lalu Kota Makassar. Â Saat menyusuri kawasan ini, ada banyak bangunan- bangunan yang mempunyai nilai sejarah tidak terawat dan dibiarkan begitu saja tanpa adanya perhatian yang cukup serius untuk melestarikan situs-situs sejarah.
Oh ya, Â jalan-jalan ini dipandu oleh para Tour Guide yang pastinya menambah informasi tentang bangunan-bangunan tua yang berada di Kota Makassar. Adapun rute jalan-jalan di Kota Tua adalah sebagai berikut:
Fort Rotterdam
Benteng Ujung Pandang diduduki Belanda pada tanggal 18 November 1667. Diubah namanya menjadi Rotterdam oleh Speelman
Radio Republik Indonesia (RRI)
Dibuatlah taman agar warga kota khususnya bangsa Eropa merasa berada di negeri sendiri. Taman -taman yang didirikan pada masa ini diantaranya Prince Hendrik Plein di utara Benteng Rotterdam. Di atas Prince Hendrik Plein sekarang berdiri Kantor Radio Republik Indonesia (RRI) yang sebelumnya menggunakan rumah kediaman Haji Lala di Jalan Penghibur.
Rumah Leluhur Kapiten Lie
Ibu Agung Bahari