Sebelum kita menjadi sepasang sakit jiwa.
Kamu pernah buat aku derita
dengan Pil Rindu
ditumbuk oleh geraham dan air liur
lembut
menyuap aku lewat aset-aset di bibirmu
gincu mewah, sofa merah, berahi yang meriah.
Ah, traumanya naik pitam, aku tergila-gila.
Kini berlanjut. Sebaliknya. Aku, kau persilakan
memakan pikiranmu
dengan Pil KB.
Menyantap bersama kekurangan di mulutku
dekil, kerontang, bau asap pengangguran.
Hingga riuh tenggorokmu pecah
"Anakku, mana anakku. Aku cuma ingin anak.
Apa kita nggak bakal punya anak?"
Haha, traumamu pasti buat kau menggila-gila.
Semoga dengan itu
Kau makin sakau
seperti aku yang dulu.
Lalu kita terbang
terbangun
dalam resah, akan salah
menikah tanpa pandang usia.
Kau balas:
Resah-resah itu wajar, Sayang.
Kita sepasang pecandu.
Sampai kapanpun
Segila apapun
Cemas adalah kawan.
Dan biar perpisahan
jadi musuh kita bersama.
Berdirilah, di antara gelisah!
---
Haduh haduh, bicara gaduh.
Kau masih dalam pengaruh?
Benar-benar dah, kadung piuh.
Moga lekas sembuh
kemiskinan kita
Sayang