Keheningan malam hari, melibatkan cuaca dan perasaan.
Ketika cerah tanpa awan, hati pun bertamu pada wijayakusuma
Ketika mendung tanpa rintik, segera bimbang dibangun prasangka
Dan saat deras hujan tanpa dia,
semua kuserahkan pada yang di atas sajaÂ
Maka kusampaikan keresahan ini
Kepada bintang yang gemerlap
Melalui pesan bersurat,
meski tanpa perangko, amplop,
dan alamat yang tepat
meski hanya tersampaikan pada batu yang tertimbun tanah
meski hanya berbalas krik krik jangkrik jantan dibalik semak
dan meski hanya tertiup angin malam
yang mengingatkanku tentang perpisahan memuakkan.
Namun nyatanya, bintang menghendaki pesan tersebut
Diantarnya oleh angin malam, yang tadi kusebut trauma
Belum kutahu pasti, ia bergairah atau marah
Gemerlapnya sontak ledakkan pesan begitu saja
Di atas sana, di angkasa luar
Bintang pun membalas
Memesona dengan sinarnya
Menunjukkan bahwa dia bergairah
Menjadi tanda, tiada hujan akan tiba
Aku dan bintang-bintang, cukup serupa, namun tak sama.
Kita berdua adalah kreasi, yang sarat akan perasaan
Kukirim pesan barusan padanya, agar ia tidak turunkan hujan
Justru dikabulkannya dia padaku, indah melalui ingatan
Kabarnya kini
Bintang sedang tidak pengertian